Bisnis.com, JAKARTA - PT Principal Asset Management mengumpulkan obligasi pemerintah bertenor pendek - menengah untuk dijadikan aset dasar (underlying asset) produk reksa dana berbasis pendapatan tetap.
Chief Investment Officer Principal Asset Management Ni Made Muliartini mengatakan saat ini permintaan masih besar di Surat Utang Negara (SUN) tenor 5 - 10 tahun didorong oleh perbankan yang agresif masuk pada seri-seri tersebut.
“Dengan yield curve yang relatif sudah flat, kami masih cautious untuk memperbanyak tenor panjang karena insentifnya tidak banyak,” ujar Made kepada Bisnis, Kamis (23/9/2020).
Ke depan, Made melihat perubahan lanskap moneter di Indonesia dapat membuat investor wait and see di pasar obligasi. Hal itu sudah terlihat pada beberapa lelang Surat Utang Negara (SUN) yang terbilang sepi.
Dia mengatakan bahwa investor terus mempertanyakan seputar kelanjutan burden sharing dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Selain itu, kejelasan mengenai isu pembentukan dewan moneter yang akan diwujudkan dalam bentuk Undang-undang juga menjadi sorotan investor.
Baca Juga
Pada saat bersamaan, Made melihat shortfall atau kekurangan pendapatan pajak pada akhir tahun ini yang lebih besar daripada perkiraan bakal membuat pemerintah melakukan penerbitan obligasi dalam jumlah besar atau risiko back loading.
Lebih lanjut, penopang transaksi di pasar SUN saat ini masih akan ditopang oleh likuiditas perbankan yang ample atau berlebih.
Perbankan cenderung memburu SUN tenor pendek untuk mendapatkan kompensasi pendapatan di tengah tingkat penyaluran kredit yang belum pulih.
“Valuasi masih menarik karena inflasi yang terus turun sehingga real rate Indonesia masih sangat atraktif,” jelas Made.