Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (23/9/2020), dan menandakan koreksi 3 hari beruntun.
Pada pukul 15.00 WIB, IHSG ditutup melemah 0,33 persen atau 16,14 poin menjadi 4.917,95. Terpantau 142 saham menguat, 286 saham melemah, dan 137 saham stagnan.
Indeks hari ini bergerak di rentang 4.873,02 - 4.984,24. Setelah terlempar ke zona 4.800-an, IHSG berhasil meningkat terbatas.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher menyampaikan secara teknikal IHSG bakal kembali melemah pada perdagangan hari ini.
“Secara teknikal indicator stochastic melebar setelah membentuk dead cross mengindikasikan trend bearish masih akan berlanjut,” ujar dia.
Pergerakan IHSG masih dibayangi oleh semakin tingginya kasus Covid-19 dari dalam negeri, dan kecemasan investor setelah Sri Mulyani meyakini perekonomian pada kuartal III/20 akan mengalami resesi.
Baca Juga
Sementara itu, angka kenaikan transaksi mencurigakan di pasar modal pada semester I/2020 mencengangkan jika membandingkannya dengan data semester 1/2019.
Data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan secara kumulatif, jumlah laporan transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) semester 1/2020 melonjak sebanyak 2.090 persen atau dari 10 menjadi 219 LTKM. Sementara sektor perbankan pada periode yang sama naik 56,6 persen.
Sementara itu, Bursa Asia ditutup dengan hasil variatif menyusul pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat terkait pemulihan ekonomi yang berjalan lamban.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (23/9/2020), indeks Topix Jepang yang kembali dibuka setelah libur 2 hari terkoreksi 0,13 persen ke level 1.644,25. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong juga turun 0,1 persen ke posisi 23.692,74.
Di sisi lain, bursa S&P/ASX 200 Australia melesat 2,42 persen dan ditutup di kisaran 5.923,89. sebesar 0,6 persen. Bursa Korea Selatan juga menguat tipis 0,03 persen di kisaran 2.333,24 disusul Shanghai Composite yang naik 0,01 persen ke 3.274,66.
Perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell bahwa masih ada jalan yang panjang bagi perekonomian sebelum pulih sepenuhnya, selain membutuhkan lebih banyak dukungan.