Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manfaatkan Koreksi Dolar, Ini Prediksi Rupiah Senin (21/9)

Pada perdagangan Jumat (18/9/2020) rupiah parkir di level Rp14.735 per dolar AS, menguat 0,66 persen atau 97,5 poin, terbaik kedua di Asia.
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah berpotensi melanjutkan penguatan pada awal pekan depan seiring dengan pelemahan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (18/9/2020) rupiah parkir di level Rp14.735 per dolar AS, menguat 0,66 persen atau 97,5 poin. Kinerja tersebut menjadi yang terbaik kedua di antara mata uang Asia, tepat di bawah won yang menguat 1,18 persen.

"Rupiah diprediksi kembali menguat 10-50 poin pada perdagangan awal pekan, Senin (21/9/2020) di kisaran level Rp14.700-Rp14.780 per dolar AS," papar Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim.

Menurut Ibrahim, penguatan rupiah pada perdagangan akhir pekan ini berhasil didukung oleh respon pasar terhadap draft revisi undang-undang Bank Indonesia.

Dia menjelaskan bahwa sebelumnya pasar merespon negatif wacana revisi undang-undang tersebut, tetapi berhasil berbalik positif.

Hal itu seiring dengan dalam draft tersebut disebutkan tentang perluasan tugas bank sentral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui sinergi kebijakan moneter dengan pemerintah lewat dewan ekonomi makro yang diketuai Menteri Keuangan.

Belum lagi, penegasan Gubernur BI Perry Warjiyo bahwa draft tersebut tidak akan mengganggu independensi bank sentral.

“Pasar kembali positif dan saat ini pasar akan terus mengamati dan mencermati draf perombakan Undang-undang Bank Indonesia yang sedang digodok yang terus mewarnai sentimen positif terhadap pasar domestik,” ujarnya.

Di sisi lain, dukungan positif juga berasal dari sentimen eksternal, terutama dari The Fed yang mengungkapkan akan mempertahankan suku bunga di level rendah hingga 2023. Selain itu, data ketenagakerjaan AS untuk pekan lalu menunjukkan klaim pengangguran awal turun lebih lambat dari yang diharapkan.

Klaim pengangguran pada pekan lalu sebesar 860.000 klaim, lebih tinggi daripada 850.000 yang diperkirakan oleh pasar. Sementara itu, data dari pasar perumahan kembali mendingin setelah sempat mengalami kenaikan yang sangat kuat dalam tiga bulan terakhir.

Hal itu membuat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama melemah 0,05 persen ke posisi 92,919.

Akhir pekan ini, indeks dolar AS koreksi 0,05 persen ke posisi 92,926. Sepanjang tahun berjalan, indeks dolar AS koreksi 3,59 persen.

LAMPAUI PREDIKSI

Sementara itu, sepanjang pekan ini rupiah berhasil bergerak menguat 0,62 persen dan bergerak di kisaran Rp14.733 per dolar AS hingga Rp14.974 per dolar AS.

Padahal, pada pekan lalu tidak sedikit analis dan ekonom yang memperkirakan rupiah dapat menembus level Rp15.000 per dolar AS akibat sentimen penerapan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta dan sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan ini.

Namun, tampaknya optimisme pasar terhadap nilai tukar rupiah berhasil meningkat seiring dengan dua sentimen itu berjalan dan dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar.

Adapun, data ekonomi yang dirilis pada pekan ini antara lain neraca dagang periode Agustus dan keputusan suku bunga acuan untuk periode September oleh Bank Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus 2020 mengalami surplus US$2,33 miliar, lebih rendah dari sebelumnya US$3,26 miliar pada Juli 2020.

Nilai itu diperoleh dari posisi nilai ekspor US$13,07 miliar yang lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$10,74 miliar selama Agustus 2020.

Data ekonomi tersebut pun berhasil dirilis sesuai dengan ekspektasi pasar bahwa neraca dagang Indonesia masih akan surplus seiring dengan sentimen pandemi Covid-19.

Kemudian, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia untuk periode September 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4 persen.

Lagi-lagi, keputusan tersebut juga sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga membangkitkan kepercayaan diri investor untuk kembali memihak kepada nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper