Bisnis.com, JAKARTA - Avrist Asset Management tetap mengumpulkan obligasi bertenor pendek untuk dijadikan aset dasar produk reksa dana pendapatan tetap. Pasalnya, instrumen obligasi dengan tenor di bawah lima tahun masih diuntungkan seiring tren suku bunga rendah.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menyampaikan saat ini aset obligasi pemerintah yang dikoleksi cenderung bertenor pendek sekitar 5 tahun untuk underlying asset produk reksa dana terbuka maupun reksa dana exchange-traded fund (ETF).
“Untuk open end yang membagikan dividen, [tenor] sedikit lebih panjang sekitar 6-7 tahun,” ungkap Farash kepada Bisnis, Kamis (17/9/2020).
Farash memperkirakan spread atau selisih antara yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bertenor 5 tahun dan 10 tahun akan tetap lebar sekitar 100 bps karena permintaan yang lebih tinggi di tenor pendek.
Adapun, yield SUN 10 tahun ditargetkan bisa turun dari level saat ini menuju 6,5 persen - 6,75 persen pada akhir tahun nanti.
Farash menyebutkan penopang perbaikan yield SUN 10 tahun berasal dari manfaat skema burden sharing antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, likuiditas tinggi dari perbankan, dan tingkat inflasi yang rendah.
Baca Juga
Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana sebelumnya menyampaikan likuiditas tinggi yang dimiliki perbankan bakal masuk ke pasar obligasi pada saat tingkat penyaluran kredit belum membaik.
“Perbankan mungkin hanya mencari salah satu sumber revenue jangka pendek [di pasar SUN]. Kemungkinan yang akan diburu adalah yang tenor pendek-pendek,” kata Fikri.,