Bisnis.com, JAKARTA – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia mengoleksi obligasi dengan tenor menengah - panjang untuk dijadikan aset dasar atau underlying asset produk reksa dana pendapatan tetap.
CIO Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula melihat saat ini mulai banyak investor yang beralih mengoleksi obligasi bertenor menengah - panjang dari obligasi bertenor pendek.
“[Yield SUN] 10 tahun akan turun kembali. Kami cenderung membeli tenor menengah sekitar 10 tahunan karena yang tenor pendek-pendek real yield sudah 4 persen - 5 persen,” kata Ezra kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Obligasi pemerintah tenor 10 - 15 tahun dipilih dengan pertimbangan spread antara SUN tenor 5 dan 10 tahun sangat lebar dan ke depannya berpotensi menyempit.
Saat ini, yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 1 tahun berada di bawah 4 persen dan yield SUN tenor 5 tahun berada di level 5,5 persen. Sementara imbal hasil SUN bertenor 10 tahun saat ini berada di level 6,99 persen.
Ezra meyakini yield SUN tenor 10 tahun berpotensi menembus level 6,5 persen dan menuju 6 persen pada akhir tahun apabila terjadi perbaikan momentum dari ekonomi global, kurs rupiah lebih terjaga, dan investor asing kembali masuk ke pasar obligasi Tanah Air.
Dengan prospek pemangkasan suku bunga, Ezra menilai obligasi tenor pendek juga masih diuntungkan tetapi mulai terbatas karena investor sudah melakukan price in.
“Dari sisi likuiditas dalam negeri masih sangat tinggi, kami melihat perbankan sangat banyak kelebihan likuiditas karena loan growth belum kembali, pertumbuhan pinjaman belum ada, dan banyak sekali likuiditas yang akan dialihkan ke pasar obligasi khususnya ke tenor 5 - 10 tahun,” jelas Ezra.