Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat mengakhiri pekan yang fluktuatif dengan tiga indeks utama berakhir variatif pada perdagangan Jumat (11/9/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup menguat 0,05 persenke level 3.340,97, sedangkan indesk Dow Jones Industrial Average menguat 0,48 persen ke 27.665,64.
Di sisi lain, indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 0,6 persen atau 66,05 poin ke level 10.853,55. Sepanjang pekan ini, Dow Jones turun 1,66 persen, S&P kehilangan 2,51 persen, dan Nasdaq turun 4,06 persen.
Indeks sektor teknologi menjadi pendorong utama atas fluktuasi bursa pekan ini Sektor ini mencatat penurunan kelima dalam enam hari dan persentase penurunan mingguan terbesar sejak Maret.
Investor menjual saham perusahaan seperti Apple Inc yang telah mempelopori reli dramatis dari posisi terendah akibat pandemi virus corona pada bulan Maret. Saham Apple turun 1,31 persen pada Jumat dan melemah 16 persen dari level tertingginya 10 hari terakhir.
CEO Cornerstone Capital Group Erika Karp mengatakan volatilitas seperti ini terjdi ketika ada kekosongan informasi bagi investor, ditambah memiliki data ekonomi yang baik yang dapat menjadi pendoron.
Baca Juga
“Pasar dapat beradaptasi ketika ada kepastian, tetapi ketika ada ketidakpastian yang ekstrim dan ketika kita berada dalam masa transisi, Akan ada volatilitas,” ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.
Sebagian besar saham indeks S&P 500 naik. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average menguat karena reli di Nike, Dow, dan Caterpillar. Indeks perusahaan berkapitalisasi kecil, Russell 2000, melemah 0,7 persen.
Indeks sektor teknologi melemah karena investor menilai apakah kemunduran telah berjalan dengan sendirinya. Penjualan saham sektor ini meningkat pada hari Jumat setelah Bloomberg melaporkan SoftBank Group Corp tengah mempertimbangkan pembenahan strategi kontroversial dan menggunakan derivatif untuk berinvestasi di perusahaan teknologi.
Sementara itu, saham Microsoft terpukul setelah laporan bahwa China tidak mendukung penjualan paksa bisnis TikTok di AS.
Bursa global mencatat penurunan mingguan berturut-turut pertama sejak Maret, setelah mengalami reli yang meningkatkan kapitalisasi pasar bursa AS hingg US$7 triliun.
Pandemi maish terus memberikan tekanan terhadap ekonomi global, dengan data AS menunjukkan pasar tenaga belum mampu pulih. Namun, rebound kontrak berjangka AS menunjukkan sejumlah investor memandang penurunan sebagai koreksi sementara.
Direktur pelaksana dan penasihat aset pribadi UBS Global Wealth Management, Charles Day, mengatakan investor sebaiknya harus tetap berinvestasi. Ia juga mempertahankan pandangan positifnya terhadap pasar saham.
“Ketika ada pergerakan mendadak dan jangka pendek ini terjadi, itu tidak berarti investor menghindari sektor ini, tetapi mereka harus siap bahwa itu adalah harga untuk masuk ke sana," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.