Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bergerak menguat pada awal perdagangan Jumat (11/9/2020), di tengah bertahannya kekhawatiran investor menjelang berakhirnya salah satu pekan paling bergejolak sejak Maret.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 0,58 persen ke level 3.358,66, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,42 persen ke 27.649,88, sedangkan indeks Nasdaq Composite menguat 0,69 persen ke level 10.995,05.
Bursa saham AS menguat setelah data menunjukkan inflasi AS meningkat lebih dari ekspektasi ekonom pada bulan Agustus.
Departemen Tenaga Kerja mencatat indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,4 persen dari bulan sebelumnya (month on month/MoM). Pada bulan Juli, CPI mengat 0,6 persen.
CPI bulan Agustus dalam median survei Bloomberg terhadap para ekonom sebelumnye memperkirakan kenaikan 0,3 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), CPI AS meningkat 1,3 persen, setelah kenaikan 1 persen pada bulan Juli.
Bursa AS dan global tetap berada di jalur untuk penurunan mingguan berturut-turut pertama sejak Maret, setelah mengalami reli yang meningkatkan kapitalisasi pasar bursa AS hingg US$7 triliun.
Baca Juga
Pandemi maish terus memberikan tekanan terhadap ekonomi global, dengan data AS menunjukkan pasar tenaga belum mampu pulih. Namun, rebound kontrak berjangka AS menunjukkan sejumlah investor memandang penurunan sebagai koreksi sementara.
Direktur pelaksana dan penasihat aset pribadi UBS Global Wealth Management, Charles Day, mengatakan investor sebaiknya harus tetap berinvestasi. Ia juga mempertahankan pandangan positifnya terhadap pasar saham.
“Ketika ada pergerakan mendadak dan jangka pendek ini terjadi, itu tidak berarti investor menghindari sektor ini, tetapi mereka harus siap bahwa itu adalah harga untuk masuk ke sana," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.
Di Eropa, pelaku pasar mencermati komentar dari pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) setelah Presiden Christine Lagarde memicu reli euro pada hari Kamis ketika dia menyampaikan pandangannya mengenai lonjakan mata uang belakangan ini.
Selanjutnya, Kepala Ekonom ECB Philiip Lane mengingatkan bahwa apresiasi euro pada tahun ini telah merusak prospek inflasi. Adapun, komentar Lane terdengar lebih keras ketimbang Lagarde.
“Inflasi akan tetap negatif sampai akhir tahun dan revisi naik untuk pertumbuhan harga inti karena rebound ekonomi tampak menjadi tidak mungkin karena nilai tukar yang kuat,” tulis Lane lewat blog, Jumat (11/9/2020).