Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Diberlakukan Lagi, Emiten Ritel Babak Belur?

Setelah berharap ada secercah harapan dari pelonggaran PSBB, pemain ritel harus dibuat kecewa dengan kabar pengetatan aturan mulai Senin (14/9/2020).
Suasana tenan makanan yang sepi di salah satu pusat perbelanjaan usai adanya anjuran untuk menjaga jarak sosial dan beraktivitas dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona di Jakarta, Senin (23/3/2020). Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) juga memprediksi penurunan penjualan ritel kuartal pertama 2020 turun hingga 0,4 persen dibanding dengan kuartal pertama tahun lalu. Bisnis/Nurul Hidayat
Suasana tenan makanan yang sepi di salah satu pusat perbelanjaan usai adanya anjuran untuk menjaga jarak sosial dan beraktivitas dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona di Jakarta, Senin (23/3/2020). Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) juga memprediksi penurunan penjualan ritel kuartal pertama 2020 turun hingga 0,4 persen dibanding dengan kuartal pertama tahun lalu. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan DKI Jakarta untuk yang kedua kalinya dianggap menjadi mimpi buruk bagi industri ritel.

Betapa tidak, setelah sempat berharap akan menemukan secercah harapan pada periode kuartal ketiga tahun ini akibat dari pelonggaran PSBB, pemain ritel kembali diterpa kabar bahwa pemerintah daerah akan kembali memperketat aturan ditandai dengan imbauan bekerja dari rumah mulai Senin (14/9/2020).

Mayoritas emiten ritel memang sudah pasrah membukukan kinerja negatif sembari berusaha untuk bertahan di tahun pandemi yang serba susah seperti saat ini. Beberapa di antara emiten ini berusaha untuk menjaga kas dengan cara meniadakan dividen hingga melakukan penutupan gerai yang tidak memberikan profitabilitas.

Menilik pada kinerja keuangan semester pertama tahun 2020, kerugian terbesar dialami oleh emiten yang memiliki mayoritas tenant di pusat perbelanjaan yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) atau Grup MAPI yang membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp407,94 miliar pada semester pertama tahun ini. 

Hal ini diikuti dengan kerugian yang juga dialami oleh PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) yang melaporkan kerugian pada semester pertama tahun ini sebesar Rp357,87 miliar akibat dari pandemi Covid-19.

Kendati demikian, analis Danareksa Sekuritas Andreas Kenny menyatakan kinerja kuartal ketiga emiten ritel kemungkinan besar tidak akan seburuk kinerja kuartal kedua tahun ini.

“Risiko terbesar bisa kejadian di kuartal keempat berhubung akhir tahun, yang biasanya para konsumen akan banyak belanja. Bisa berat sekali. Dan juga daya beli masyarakat juga bisa turun lagi, karena faktor pendapatan yang terganggu,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Andreas menilai dampak dari pemberlakuan PSBB bisa jadi sangat berpengaruh pada emiten ritel pakaian dan restoran, dan berdampak relatif kecil untuk emiten groseri dan elektronik.

Menurutnya, penjualan emiten ritel seperti LPPF dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) kemungkinan akan kembali tergerus karena menyasar segmen masyarakat kelas menengah dan bawah.

Sementara, emiten PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) dan MAPI akan terdampak untuk penjualan musiman pada kuartal keempat jika situasinya semakin memburuk.  

“Di kuartal kedua ERAA (PT Erajaya Swasembada Tbk.) tidak terdampak terlalu parah. Jika dibanding retailer lain, memang angka pertumbuhan sales negatif, tapi hanya mid-single digit. Penjualan elektronik dan HP dan komputer, lewat penjualan online juga memang sudah banyak bahkan sebelum Covid-19. Jadi masih bisa membantu kinerja ERAA,” sambungnya.

ERAA juga dianggap sebagai emiten ritel yang relatif tangguh di tahun pandemi ini karena diuntungkan akibat kebijakan IMEI (International Mobile Equipment Identity) sehingga pembeli merasa membeli lewat jaringan ritel Erajaya adalah pilihan terbaik.

 “Tapi, lebih bijak wait and see dulu (memilih saham emiten ritel). Walaupun tahun depan outlook lebih bagus, kalau mau long term lebih dari 1 tahun (direkomendasikan) keep. Saya rasa harga cenderung sudah menarik,” sambungnya.

Senada, analis Ciptadana Robert Sebastian mengatakan andaikata PSBB kembali diperpanjang maka ada kemungkinan kinerja kuartal keempat akan seburuk kuartal kedua lalu.

“Emiten yang terdampak LPPF dan RALS. Emiten groseri seperti AMRT (PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.) menurut saya masih cukup solid karena groseri diperbolehkan beroperasi. Tapi memang (saham AMRT) tidak direkomendasikan karena tidak likuid,” terangnya kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020). 

Namun, ia memprediksi pengunjung pusat perbelanjaan masih akan melonjak sebelum masa PSBB benar-benar berlaku minggu depan. Robert memperkirakan penjualan barang-barang olahraga, hobi dan kebutuhan rumah masih bisa bertumbuh di masa PSBB, sehingga ia merekomendasikan beli saham ACES.

Ditambah, Robert menyatakan peluang bahwa gerai ACES masih akan beroperasi masih terbuka lebar karena memiliki toko yang berada di luar pusat perbelanjaan.

“Untuk ACES, mereka masih ada beberapa toko yang boleh buka, yang stand alone store. Saya rasa masih bisa buy ACES dengan target price Rp1.675,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper