Bisnis.com, JAKARTA - Self Regulatory Organization (SRO) menggandeng Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) menggelar edukasi go public secara daring pada Rabu (9/9/2020).
Ketua Umum Asprindo Jose Rizal mengatakan webinar bertajuk “Go Big with Go Public” ini merupakan upaya asosiasi mendukung perusahaan di Indonesia, termasuk di dalamnya UMKM, untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
“Dengan adanya acara ini, kami harap dapat meningkatkan awareness mengenai manfaat go public sebagai alternatif pendanaan perusahaan di Indonesia, termasuk juga bagi perusahaan-perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah,” kata Jose seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (9/9/2020).
Jose menunjukkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan setelah IPO seperti insentif pajak, peningkatan citra perusahaan, peningkatan nilai perusahaan, pendanaan tanpa batas, menjaga keharmonisan keluarga pemilik, dan berbagai manfaat lainnya.
Selain paparan mengenai manfaat menjadi perusahaan terbuka, para pembicara juga mengulas tentang proses dan persyaratan untuk dapat melantai di Bursa Efek Indonesia.
Khusus untuk perusahaan dengan aset skala kecil (aset sampai dengan Rp50 miliar) dan menengah (aset di atas Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar) juga dapat mencatatkan sahamnya lewat papan akselerasi yang telah disiapkan BEI sejak tahun lalu.
Baca Juga
Adapun,waktu pelaksanaan IPO yang tepat bisa datang dan pergi dengan cepat. Dengan demikian, calon emiten bisa memulai persiapan go public dari sekarang. Ketika waktu dianggap tepat sudah datang, perusahaan dapat dengan segera memanfaatkan waktu tersebut untuk mendapatkan valuasi yang optimal.
Hadir sebagai pembicara dalam webinar ini adalah Ketua Dewan Penasehat ASPRINDO Sandiaga Salahuddin Uno, Executive Vice President BEI Saptono Adi Junarso, SVP PT Erdikha Elit Sekuritas Toto Sosiawanto dan Manager PT Erdikha Elit Sekuritas Halashon Tambunan, serta PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.
Per 8 September 2020, BEI telah mengantongi 9 calon perusahaan tercatat dalam daftar tunggu emisi IPO, yang terdiri dari 4 perusahaan dari sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan, 3 perusahaan dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi.
Selanjutnya, 1 perusahaan dari sektor industri barang konsumen dan 1 perusahaan dari sektor aneka industri
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan bahwa jumlah calon emiten di pipeline IPO masih akan terus bertambah mengikuti perkembangan hingga akhir tahun nanti.
Dari sisi nilai emisi, sejak awal tahun hingga 7 September 2020 total dana yang dihimpun lewat IPO di lantai bursa tercatat Rp4,45 triliun yang terdiri dari 40 emiten baru. Nilai ini relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu walaupun jumlah emiten baru lebih banyak.
“Salah satu harapan kami adalah BEI dapat menjadi rumah untuk bertumbuh bagi seluruh perusahaan, tidak hanya terbatas untuk perusahaan-perusahaan yang berskala besar,” kata Nyoman, Rabu (9/9/2020).
Adapun, untuk mendukung pencatatan saham perusahaan berskala kecil, BEI telah membentuk papan akselerasi yang didesain selaras dengan
Hal ini kami manifestasikan dengan dibentuknya Papan Akselerasi yang kami desain agar selaras dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 53/POJK.04/2017 tentang Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum dan Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu oleh Emiten dengan Aset Skala Kecil atau Emiten dengan Aset Skala Menengah.
Sampai dengan saat ini, BEI telah mencatatkan sebanyak 4 perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah di papan akselerasi tersebut.