Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Investor Belum Surut, Bursa Asia Berakhir Variatif

Indeks Topix Jepang parkir di level 1.609,74 atau terkoreksi 0,42 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite terpantau merosot 1,7 persen ke 3.298,36.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia ditutup dengan hasil variatif setelah terjadinya penurunan terbesar pada pasar global sejak Juni 2020 yang menimbulkan kekhawatiran dari investor.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (7/9/2020), indeks Topix Jepang parkir di level 1.609,74 atau terkoreksi 0,42 persen. Tren penurunan ini juga diikuti bursa China. indeks Shanghai Composite terpantau merosot 1,7 persen ke 3.298,36 sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong terkontraksi 0,56 persen di 24.558,29.

Penurunan di pasar China terjadi setelah rilis data ekonomi pada hari ini yang belum menunjukkan pemulihan ekonomi secara komprehensif. Angka ekspor China terus mengalami kenaikan pada Agustus 2020, sementara nilai impor berbalik terkontraksi.  

Sementara itu, pasar Australia berbalik menguat setelah indeks S&P/ASX200 parkir di zona hijau di level 5.944,80 atau naik 0,33 persen. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan melanjutkan penguatan yang terjadi sejak sesi perdagangan pagi dan menutup hari di kisaran 2.384,22 atau naik 0,67 persen.

Pasar Amerika Serikat yang libur pada hari Senin mengalami penurunan terburuk pada indeks Nasdaq sejak Maret 2020 lalu.

Ben Emons, Managing Director for Global Macro Strategy Medley Global Advisors menjelaskan, pergerakan pasar modal masih amat rapuh setelah anjloknya saham-saham teknologi pada Kamis pekan lalu dan volatilitas yang masih cukup tinggi.

“Pembaruan paket stimulus fiskal akan sangat krusial tidak hanya untuk pemulihan ekonomi, tetapi juga pasar modal seiring dengan kenaikan risiko di sektor ketenagakerjaan,” jelasnya.

Para pelaku pasar menyambut pekan kedua September 2020 dengan rasa gelisah seiring dengan upaya mereka untuk memetakan jalan menuju pemulihan ekonomi global setelah terdampak pandemi virus corona.

Jumat lalu, Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell menyambut positif rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat. Meski demikian, ia tetap mengingatkan jalan menuju pemulihan ekonomi dunia masih amat panjang.

Adapun beberapa peristiwa yang dapat memberikan sentimen pada pasar diantaranya adalah pertemuan Bank Sentral Eropa yang membahas kebijakan ekonomi lanjutan serta negosiasi lanjutan Brexit antara Inggris dengan Uni Eropa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper