Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung fluktuatif pada pekan pertama September 2020 disebabkan oleh sinyal perlambatan pemulihan ekonomi dunia dan isu resesi di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani saat dihubungi pada Jumat (4/9/2020).
Hendriko menjelaskan, pergerakan IHSG yang cenderung fluktuatif selama pekan ini salah satunya disebabkan oleh munculnya isu resesi di Indonesia pada kuartal II/2020. Hal tersebut juga ditambah dengan pemulihan ekonomi dunia yang mulai menunjukan sinyal perlambatan.
“Pekan ini juga diwarnai dengan adanya rebalancing pada Indeks MSCI dan capital ouflow yang cukup besar,” ujarnya.
Selain itu, lonjakan kasus positif serta lambatnya penanganan virus corona di Indonesia juga menjadi penyebab lain. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi para investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Hendriko memperkirakan, pergerakan IHSG pekan depan masih berpotensi bergerak variatif dengan kecenderungan menguat. Menurutnya, rilis data ekonomi berupa cadangan devisa, indeks keyakinan konsumen, serta penjualan retail akan menjadi sentimen utama pergerakan IHSG
Baca Juga
“Perkembangan pemulihan ekonomi dan penanganan kasus corona juga masih akan dipantau oleh para investor dan pelaku pasar. Pergerakan IHSG pekan depan diproyeksikan ada di kisaran 5.156-5.461,” imbuhnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada hari Jumat (4/9/2020), IHSG ditutup parkir di level 5.239,85, terkoreksi 0,78 persen atau 40,96 poin.
Adapun, IHSG membuka perdagangan di level 5.280,81. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 5.188,61 hingga 5.280,76.
Dari total keseluruhan anggota konstituen, sebanyak 115 saham menguat, 322 saham melemah, sedangkan sisa 262 saham tidak bergerak daripada posisi perdagangan sebelumnya.
Laju IHSG ditekan oleh emiten-emiten berkapitalisasi besar. Penekan utama adalah saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang melemah 1,69 persen ke level Rp31.950, diikuti saham PT Astra Internasional Tbk. (ASII) turun 1,93 persen ke level Rp5.075, dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang turun 0,84 persen ke Rp3.550.