Bisnis.com, JAKARTA — PT Kresna Graha Investama Tbk. menyebut terdapat beberapa penyebab penurunan signifikan secara tahunan laba bersih dan laba bruto perseroan periode 30 Juni 2020.
Kresna Graha Investama membukukan pertumbuhan pendapatan 28,7 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp6,23 triliun pada semester I/2020. Akan tetapi, laba bruto dan laba bersih perseroan masing-masing turun 52,32 persen dan 79,5 persen secara tahunan per 30 Juni 2020.
Sekretaris Perusahaan Kresna Graha Investama Sanverandy H Kusuma menjelaskan bahwa penyebab utama penurunan laba bruto dan laba bersih periode 30 Juni 2020 adalah penurunan pendapatan segmen keuangan dan investasi. Selain itu, margin laba kotor segmen teknologi dan digital juga turun pada periode tersebut.
“Penurunan pendapatan segmen keuangan dan investasi periode 30 Juni 2020 dibandingkan dengan periode 30 Juni 2019 terutama disebabkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang menyebabkan kontraksi di pasar modal Indonesia,” jelasnya melalui keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Kamis (3/9/2020).
Lebih lanjut, emiten berkode saham KREN itu menyebut penurunan margin laba kotor segmen teknologi dan digital disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang memberikan dampak negatif kepada pelemahan daya beli masyarakat.
Perseroan perlu melakukan strategi untuk mempertahankan posisi di pasar dan tetap menjaga hubungan jangka panjang dengan mitra usaha dengan konsumen.
Baca Juga
Selain penurunan laba bersih, KREN juga mencatatkan defisit Rp110,18 miliar untuk arus kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi per 30 Juni 2020. Posisi itu bertambah lebar dari Rp103,97 miliar pada 30 Juni 2019.
“Latar belakang perseroan membukukan arus kas operasional negatif adalah untuk menjaga ketersediaan persediaan untuk memenuhi permintaan para mitra usaha dan pelanggan. Hal ini merupakan faktor penting dalam mempertahankan hubungan jangka panjang dengan para mitra usaha dan pelanggan mengingat tingkat kompetisi di pasar yang cukup tinggi,” ujar Manajemen KREN.
Kendati demikian, Sanverandy menyatakan perseroan memiliki likuiditas yang baik. Kondisi itu tecermin dari rasio lancar perseroan sebesar 4,3 kali.
Posisi kas perseroan, lanjut dia, juga cukup baik dengan mencapai Rp442 miliar per 30 Juni 2020. Dana itu menurutnya memadai untuk menunjang likuditas dan pemenuhan kebutuhan operasional perseroan.
“Sumber pendanaan untuk kebutuhan operasional dan likuiditas selain dari dari kegiatan operasional. Sumber pendanaan kebutuhan operasional dan likuiditas selain dari kegiatan operasional adalah sisa dana IPO dari para entias Anak serta pinjaman bank,” imbuhnya.