Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona memaksa emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi beramai-ramai memangkas target nilai kontrak baru untuk tahun 2020. Hingga paruh pertama, perolehan kontrak yang seret sebagai imbas dari kegiatan perekonomian yang melambat membuat emiten realistis.
Hingga Senin (31/8/2020), sebanyak tiga dari empat BUMN karya yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merevisi target kontrak baru untuk tahun 2020.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah menetapkan target kontrak baru 2020 sebesar Rp21,37 triliun. Direktur Utama Wika Agung Budi Waskito belum lama ini mengatakan, jumlah tersebut telah mempertimbangkan dampak pandemi virus corona terhadap kelangsungan usaha perusahaan.
Jumlah tersebut berada dibawah target yang dipatok pada awal tahun sebesar Rp65 triliun. Emiten berkode saham WIKA ini menargetkan mayoritas kontrak yang akan didapat berasal dari BUMN.
Sementara itu, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) juga telah melakukan hal serupa. Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Shastia Hadiarti memproyeksikan perolehan nilai kontrak baru Rp25 triliun hingga Rp26 triliun hingga akhir 2020. Target itu lebih rendah dari yang disampaikan perseroan sebelumnya.
“Penyesuaian target nilai kontrak baru dilakukan akibat adanya pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada sektor infrastruktur,” ujarnya.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, emiten berkode saham WSKT itu awalnya menargetkan kontrak baru Rp45 triliun—Rp50 triliun pada 2020. Proyek infrastruktur seperti jalan tol, rel kereta api, dan bendungan masih menjadi fokus pasar yang diincar oleh perseroan. Namun, hingga paruh pertama, perolehan kontrak baru WSKT baru mencapai Rp8,13 triliun.
Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma menambahkan, sektor konstruksi secara umum menghadapi tantangan yang cukup berat pada tahun 2020 akibat pandemi virus corona.
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan sejumlah proyek konstruksi terhenti untuk sementara waktu.
“Memasuki masa PSBB transisi, kecepatan pengerjaan proyek sudah hampir kembali ke level 100 persen, jauh lebih baik dibandingkan bulan Maret hingga Juni.” ujar Taufik melalui keterangan resmi, Senin (31/8/2020).
Sementara itu, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PT PP memangkas target kontrak baru 2020 dari Rp43 triliun menjadi Rp25 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PP Agus Purbianto menerangan, revisi tersebut telah mendapat persetujuan dari pemegang saham mayoritas. Menurutnya, target itu harus dipertahankan oleh perseroan.
“Kondisi Covid-19 tidak mudah untuk mengeksekusi proyek. Ada beberapa keterbatasan dan kami juga menyesuaikan dengan realokasi anggaran,” paparnya.
Direktur Keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. A.A.G. Agung Dharmawan mengatakan pihaknya masih optimistis bisa meraup kontrak baru Rp25 triliun s.d Rp27 triliun pada tahun ini kendati industri konstruksi menghadapi tantangan berat..
Agung mengatakan, saat ini ADHI sedang menjalani proses tender beberapa proyek dan sedang menunggu proses penetapan pemenang. Berdasarkan kepemilikan proyek, tender yang diikuti kebanyakan berasal dari proyek pemerintah dan BUMN, meskipun porsi proyek swasta juga relatif besar
“Proyek infrastruktur masih mendominasi, sekitar 80 persen, kemudian diikuti oleh proyek-proyek industri, property, dan energy,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (13/8/2020).