Bisnis.com, JAKARTA- Awal-awal kemunculan pandemi Covid-19, banyak emiten yang terpaksa menunda rapat umum pemegang saham (RUPS) karena harus mematuhi aturan untuk tidak berkumpul demi menghindari penularan virus. Namun, belakangan ini, setelah pemerintah mampu menekan angka penyebaran virus dan juga pemberlakukan Aturan Kenormalan Baru (AKB), banyak emiten yang diizinkan untuk menggelar RUPS, itu pun dengan protokol kesehatan yang ketat, atau melalui rapat virtual.
PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) merupakan salah satu emiten yang akhirnya menggelar RUPS. Momentum RUPS membuat tren pergerakan emiten yang bergerak di industri dan perdagangan tekstil ini langsung melesat pada perdagangan hari ini, Rabu (27/8/2020) hingga di level Rp242/saham.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), hari Rabu (27/8/2020), saham naik 13%, dengan nilai transaksi senilai Rp4,7 miliar dan volume perdagangan saham 208.216 lot saham. Sebulan terakhir, saham meroket. hingga 54 persen. Sementara sejak dihitung dari IPO di bulan April, saham SBAT bertumbuh lebih dari 100 persen.
“Kenaikan harga saham dari awal IPO Rp105/saham hingga saat ini Rp242/saham yang mencapai 105% ini karena kepercayaan pasar terhadap kinerja perseroan yang memang sedang kami genjot. Seperti yang sudah kami sampaikan, kami sedang meluaskan pasar ekspor, dari sebelumnya, Asia, kini masuk di pasar Eropa dan Amerika Latin,” kata Direktur Utama SBAT, Jefri Junaedi seperti dikutip dari siaran pers Kamis (27/8/2020).
Sebelumnya, saat bulan April lalu, SBAT menghimpun dana sebesar Rp44,62 miliar melalui IPO untuk membeli mesin baru dari Swiss. Pada Rabu ini, perseroan menggelar RUPS di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, pukul 14.00 WIB. Agenda RUPS perusahaan sebagaimana disampaikan antara lain menyetujui laporan keuangan dan tahunan serta pengesahan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan laba rugi perseroan untuk tahun buku 2019.
RUPS juga menetapkan penggunaan laba untuk menunjang kegiatan operasi dan pengembangan usaha serta tetap mempercayakan Jefri Junaedi sebagai Direktur Utama dan Somad Tjuar sebagai Direktur. Komposisi dewan komisaris juga tidak berubah, yakni Santoso Widjojo sebagai Komisaris Utama, Martha Intan Yaputra sebagai Komisaris dan Mamay Jamaludin sebagai Komisaris Independen.
Lalu, bagaimana kinerja perusahaan dalam setahun terakhir? Jefri Junaedi, Direktur Utama SBAT menjelaskan hingga akhir Desember 2019, ketatnya persaingan di bisnis tekstil dirasakan oleh Sejahtera Bintang Abadi Textile. Kendati begitu, SBAT masih mampu mencatatkan pertumbuhan yang positif. Tahun lalu, Jefri mengatakan pendapatan bersih SBAT mencapai Rp 318 miliar.
SBAT merupakan salah satu perusahaan penghasil benang hasil daur ulang (recycle) bahan tekstil terbesar di Indonesia. Ada dua jenis benang yang dihasilkan perusahaan ini, yakni open end dan ring spinning. Benang open end biasanya digunakan para pelanggan SBAT untuk bahan baku pembuatan sarung tangan, lap meja, hingga kain pel. Sementara benang ring spinning biasanya digunakan untuk bahan baku kain.
Tahun lalu, penjualan ke pasar ekspor menyumbang sekitar 30% dari pendapatan SBAT, sementara 70% didominasi oleh penjualan ke pasar domestik. Di tahun 2020 ini, SBAT memprioritaskan pada pengembangan kualitas produk, terutama soal faktor keramahan terhadap lingkungan. Salah satu yang membuat produk SBAT diminati pasar, benang open endnya sangat ramah lingkungan karena sama sekali tidak menggunakan bahan kimia.
“Sebelumnya kami fokus pada pengembangan benang open end di warna putih, karena memang peminatnya cukup banyak. Namun, saat ini kami juga sudah mengembangkan warna-warna lain, terutama hitam, merah dan biru. Tiga warna ini sangat diminati pasar Pakistan, karena sebagai bahan baku kaos kaki dan pasar Rusia untuk sarung tangan. Benang kami diminati, karena sama sekali bebas bahan kimia sehingga ramah kepada kulit,” pungkas Jefri.