Bisnis.com, JAKARTA - PT Medco Energi Internasional Tbk., terus menjaga likuiditas dan neraca keuangan tetap sehat di tengah banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
CEO Medco Energi Roberto Lorato mengatakan bahwa tahun ini akan diingat atas terjadinya penyebaran Covid-19 secara global dan jatuhnya harga minyak maupun permintaan pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Akibat sentimen tersebut, Medco membukukan rugi bersih US$19,97 juta pada kuartal I/2020. Nilai itu berbalik dari sebelumnya laba bersih US$28,05 juta pada kuartal I/2019. Padahal, pendapatan berhasil naik 1,99 persen yoy menjadi US$289,57 juta dari sebesar US$283,91 juta pada kuartal I/2019.
Menanggapi tantangan tersebut, perseroan pun mengaku telah melakukan beberapa inisiatif untuk menjaga neraca keuangan sekaligus menerapkan protokol ketat untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerja.
“[Perseroan] melakukan penangguhan dan efisiensi pengeluaran sebesar lebih dari US$200 juta untuk menjaga kas dan mendukung neraca keuangan perseroan. Meskipun harus melakukan pengurangan program belanja modal, saya senang atas keberhasilan kedua temuan eksplorasi kami di Natuna dan Ijen,” ujar Roberto seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (27/8/2020).
Untuk diketahui, pada medio Maret, emiten berkode saham MEDC itu sebelumnya telah memangkas belanja modal tahun ini yang semula sebesar US$340 juta menjadi hanya sebesar US$240 juta. Adapun, dari belanja modal yang baru itu sebesar US$180 juta dialokasikan untuk segmen minyak dan gas, sedangkan US$60 juta untuk segmen listrik.
Baca Juga
Namun, saat ini belanja modal targetkan berada di bawah US$240 juta. Adapun, sepanjang kuartal I/2020 perseroan telah menyerap belanja modal sebesar US$67 juta yang terdiri atas untuk lini bisnis minyak dan gas sebesar US$51 juta, dan ketenagalistrikan sebesar US$16 juta.
Realisasi belanja modal itu lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV/2019 sebesar US$130 juta, menyusul penyelesaian awal pengembangan Fase 4B Bualuang di Thailand pada Desember 2019 dan penangguhan juga efisiensi atas program belanja modal tahun 2020.
Selain itu, MEDC juga menargetkan biaya produksi minyak dan gas di bawah US$10 per boe untuk menjaga beban dan neraca. Pada kuartal I/2020, biaya produksi minyak dan gas per unit berhasil ditekan menjadi US$7,7 per boe.
Perseroan juga telah melakukan lindung nilai sebesar 7,5 persen dari produksi tahun 2020 hingga 2021 pada harga rata-rata US$48 per barel dan US$42 per barel untuk memberikan buffer terhadap volatilitas harga kedepan.
Di sisi lain, Medco juga memangkas target produksi yang semula sebesar 110 ribu barel oil equivalent per day (boepd), menjadi di kisaran 100-105 ribu boepd.
Pada kuartal I/2020 produksi minyak dan gas sebesar 101 mboepd, meningkat 10 persen dari kuartal I/2019, akan tetapi turun 5 persen dari kuartal IV/2019 sebagai akibat perpanjangan penghentian operasi Blok A Aceh pada kuartal I/2020.
Di lini bisnis lainnya, Medco Power menghasilkan penjualan 694 GWh pada kuartal I/2020, peningkatan 11 persen tahun ke tahun yang sebagian besar dihasilkan oleh kinerja yang lebih tinggi dari fasilitas Sarulla Geothermal.
Sementara itu, Amman Mineral Nusa Tenggara Tahap ke-7 telah berhasil mengakses bijih produktif dengan peningkatan produksi mulai April 2020. Selama kuartal I/2020 AMNT memproduksi 45 Mlbs tembaga dan 16 Koz emas.
Kendati demikian, perseroan juga menegaskan di tengah banyaknya inisiatif yang dilakukan, likuiditas MEDC tetap kuat dengan kas dan setara kas sebesar US$775 juta pada akhir Maret 2020, naik dari US$544 juta pada posisi kuartal I/2019 dan US$595 juta pada akhir Desember 2019.
Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro mengatakan dunia dan industri migas terus beradaptasi dengan tantangan yang luar biasa ini yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak.
"Medco Energi akan terus fokus dalam menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja kami dan meminimalkan dampaknya terhadap bisnis Perseroan untuk dapat terus memenuhi komitmen terhadap para pemangku kepentingan," ujarnya.