Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan mata uang rupiah diperkirakan cenderung terbatas pada perdagangan Kamis (27/8/2020).
Pada penutupan perdagangan Rabu (26/8/2020), nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 28,5 poin atau 0,19 persen ke level Rp14.677,5 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,034 poin atau 0,04 persen ke level 93,053 pada pukul 15.01 WIB.
“Dalam perdagangan Kamis mata uang rupiah akan terjadi fluktuatif, tetapi berpeluang menguat tipis di level di rentang Rp14.650 – Rp14.800 per dolar AS,” papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.
Menurutnya, pelaku pasar tertuju pada pernyataan Gubernur DKI Jakarta besok sore mengenai masa transisi PSBB yang berakhir tanggal 27 Agustus 2020, apakah akan diperpanjang masa transisinya atau berubah menjadi new normal dengan syarat.
Keputusan ini sangat penting sekali karena kuartal III/2020 tinggal menyisahkan 1 bulan lagi. Hal itu juga sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi yang saat ini mengalami tekanan akibat konsumsi masyarakat yang terus menurun.
Baca Juga
Disamping itu, pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan agar ekonomi terus tumbuh, seperti menggelontorkan dana yang cukup besar baik di sektor kesehatan berupa tunjangan dokter dan perawat, BLT, Bansos serta tunjangan Rp. 600.000 untuk gaji dibawah Rp5 juta dan guru honorer.
“Ini semua dilakukan untuk memompa daya beli masyarakat, sehingga bisa mengangkat konsumsi masyarakat walau hanya pengaruh di September, walaupun seandainya terjadi kontraksi pun tidak terlalu dalam pada kuartal III/2020,” imbuhnya.
Dari sentimen eksternal, pasar merespons positif langkah pejabat perdagangan AS dan China menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kesepakatan perdagangan Fase 1, yang meredakan kekhawatiran tentang kebuntuan diplomatik antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Pasar juga akan melihat pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Kamis di retret tahunan Jackson Hole untuk menentukan langkah-langkah apa yang bersedia diambil Fed untuk menjaga pemulihan ekonomi yang rapuh.