Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Konversi Devisa Ekspor ke Rupiah, Astra Agro (AALI) Jelaskan Dampaknya

Secara operasional, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) sudah melakukan pembukuan menggunakan mata uang rupiah termasuk pinjaman luar negeri yang sudah dilindung nilai.
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. Santosa (kedua kanan) memberikan penjelasan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (15/4/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. Santosa (kedua kanan) memberikan penjelasan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (15/4/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menyatakan konversi devisa ekspor ke rupiah tidak akan terlalu memengaruhi kinerja keuangan perseroan.

Sebagai informasi, Bank Indonesia berencana untuk memperketat aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mana terdapat kewajiban bagi eksportir untuk mengkonversikan devisa dari dolar atau valas ke mata uang rupiah.

Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa mengatakan pihaknya tidak memiliki keluhan mengenai hal tersebut mengingat perseroan akan selalu mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia.

Secara operasional, perseroan pun sudah melakukan pembukuan menggunakan mata uang rupiah termasuk pinjaman luar negeri yang sudah dilindung nilai.

“Penjualan ekspor pun walaupun kita mendapatkan dalam nilai dolar Amerika Serikat, tapi karena kita ingin juga memberikan stabilitas, kita juga selalu melakukan lindung nilai,” paparnya, Rabu (26/8/2020).

Dalam pemaparannya, manajemen mengungkap pendapatan dari dalam negeri sebesar Rp3,9 triliun atau 44 persen, dan ekspor sebesar Rp5,1 triliun atau 56 persen dari total penjualan pada semester pertama tahun 2020.

Santosa pun mengakui pada semester pertama ekspor perseroan menurun terutama untuk negara tujuan China dan India akibat dari isu logistik yakni penerapan lockdown.

“Tapi sejak Juni kelihatannya cukup membaik dan kita lihat perkembangan terakhir inventori di China dan India tidak seperti biasanya. Mestinya saat relaksasi dilakukan seperti saat ini, [kinerja] pasti akan lebih baik dibandingkan semester satu tahun ini,” sambungnya.

Di sisi lain, manajemen juga menilai kinerja AALI yang cukup cemerlang pada semester pertama tahun ini sebenarnya berasal dari penguatan harga CPO pada kuartal pertama tahun ini.

Untuk diketahui, AALI mencatat lonjakan laba bersih sebesar 796,6 persen secara tahunan menjadi Rp391 miliar pada paruh pertama tahun 2020.

Sementara, jika dibandingkan dengan kinerja pada tahun 2019 lalu, performa perseroan memang relatif terkontraksi mengingat pendapatannya hanya dihasilkan dalam kurun waktu tiga bulan terakhir tahun 2019.

“Walaupun produksi sedikit lemah pada kuartal tiga-sampai dengan Agustus-tapi harga meningkat cukup tajam, mudah-mudahan kuartal ketiga membaik. Tentunya manajemen berharap laba bersih bisa lebih dari Rp1 triliun, karena tahun sebelumnya bisa lebih,” ungkap Santosa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper