Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Australia Melemah, Pasar Asia Urung Ditutup di Zona Hijau

Pasar saham Asia cenderung ditutup bervariasi pada perdagangan akhir pekan ini, gagal mengikuti tren positif Wall Street.
ilustrasi Bursa Australia
ilustrasi Bursa Australia

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia menutup perdagangan pekan ketiga bulan Agustus dengan hasil variatif. Hal tersebut terjadi menyusul catatan rekor yang dibukukan indeks Nasdaq 100 di AS pada hari ini yang ditopang saham-saham perusahaan teknologi.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (21/8/2020), indeks Kospi Korea Selatan menutup perdagangan dengan kenaikan tertinggi pada hari ini di pasar Asia dengan 2.304,59 atau naik 1,34 persen. Menyusul di belakangnya adalah Topix Jepang yang bertengger di level 1.604,06 atau naik tipis 0,3 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong terpantau bergerak di zona hijau sebesar 1,23 persen di level 25.097,46. Hasil positif lain jga ditorehkan Shanghai Composite China yang naik 0,26 persen ke 3.372,51

Di sisi lain, indeks S&P/ASX 200 Australia gagal melanjutkan reli positif yang terjadi pada pagi tadi dan akhirnya terkoreksi 0,14 persen ke posisi 6.111,19.

Perdagangan hari ini ditopang oleh reli positif indeks Nasdaq 100 Amerika Serikat setelah permintaan terhadap saham perusahaan teknologi tetap tinggi karena kinerja keuangan yang baik ditengah kebijakan pembatasan sosial.

Di sisi lain, perkembangan vaksin virus corona juga menguatkan sentimen positif pada hari ini. Vaksin dari Pfizer Inc. dan BioNTech SE dikabarkan akan mengikuti kajian regulasi pada awal Oktober apabila hasil uji klinis vaksin tersebut menunjukkan hasil positif.

Sebelumnya Kamis, ekuitas merosot karena aplikasi untuk tunjangan pengangguran AS secara tak terduga meningkat, dengan klaim pengangguran awal melonjak menjadi lebih dari 1,1 juta.

Reli pasar saham lebih dari 50 persen dari posisi terendah Maret telah melampaui prospek untuk rebound ekonomi di tengah negosiasi yang terhenti tentang langkah-langkah stimulus lebih lanjut.

"Kita akan melihat pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Namun, laju pemulihan diperkirakan akan melambat setelah rebound cepat yang terjadi," jelas Kathy Jones, Chief Fixed Income Strategist di Charles Schwab.

Di sisi perdagangan, China mengonfirmasi rencana untuk berbicara dengan para pejabat AS segera untuk meninjau kemajuan pada kesepakatan awal mereka - keterlibatan langka antara ekonomi terbesar di dunia saat hubungan memburuk.

Berbicara di Arizona awal pekan ini, Presiden Donald Trump mengatakan dia membatalkan rencana itu karena dia tidak senang dengan peran negara Asia itu dalam pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper