Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) melancarkan aksi ekspor ke negara tujuan Arab Saudi dengan pelepasan perdana 1 kontainer produk jamu dan rempah-rempah beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat mengatakan pasar Arab Saudi sangat potensial termasuk dengan negara kawasan di sekitarnya. Alasan memilih negara tujuan di timur tengah tersebut adalah karena sebelumnya produk Tolak Angin Cair sudah lama diperdagangkan di Arab Saudi, tetapi masih bersifat trading.
“Kami mulai mencari distributor yang memiliki jaringan luas yang dapat menjangkau ke pasaran lokal, dan tidak hanya dikonsumsi masyarakat Indonesia yang ada di sana,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (14/8/2020).
Menurutnya, penunjukan distributor ini sudah dilakukan sejak Oktober tahun lalu. Tetapi karena penyebaran Covid-19, ekspor baru terealisasi pada Agustus tahun ini.
Dikutip dari publikasi laporan keuangan per 30 Juni 2020, emiten berkode saham SIDO tersebut membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp413,79 miliar. Realisasi tersebut bertumbuh 10,6 persen dari capaian periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba tersebut sejatinya dikontribusikan oleh kenaikan penjualan sebesar 3,52 persen secara tahunan menjadi Rp1,46 triliun hingga semester pertama tahun 2020.
David mengakui pihaknya mengalami kendala seperti tidak bisa melakukan pengiriman barang keluar negeri selama periode semester pertama tahun ini. Selain karena semua border tertutup, negara-negara tujuan ekspor juga mengalami pelemahan distribusi dan penjualan sehingga menyebabkan penjualan ekspor menurun yang dimotori oleh pelemahan penjualan dari negara tujuan ekspor Filipina.
Perseroan menerangkan penjualan ekspor masih berkontribusi di bawah 5 persen dari total penjualan dengan negara tujuan ekspor yang paling banyak menyumbang pendapatan adalah Malaysia hingga akhir semester pertama tahun ini.
Di sisi lain, David menjelaskan perseroan masih akan fokus menggenjot penjualan produk herbal dan produk minuman sehat untuk sisa tahun 2020. Ia juga memperkirakan penjualan ekspor pada tahun 2020 masih mengalami penurunan dibandingkan capaian tahun lalu.
“Meskipun kondisi masih belum sepenuhnya pulih, kami belum merevisi target kenaikan penjualan double digit, karena kami masih terus melakukan terobosan dengan memanfaatkan peluang peluang baru di penjualan lokal,” sambungnya.
Analis Rendy Wijaya dari Panin Sekuritas masih berpandangan positif untuk prospek bisnis SIDO. Ia menyatakan perseroan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih baik yang mana marjin laba operasi dan marjin laba bersih berada di atas rata-rata perusahaan regional yang bergerak di bidang yang sama.
“Selama masa pandemi Covid-19 ini, permintaan akan obat-obatan herbal untuk meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh mencatatkan kenaikan. Sejalan dengan hal ini, SIDO terus melakukan inovasi dan telah meluncurkan 14 produk baru selama tahun 2020 ini,” ungkapnya dalam publikasi riset baru-baru ini.
Beberapa produk yang diluncurkan antara lain adalah Tolak Linu Roll-On yang dapat mengobati pegal-pegal dan juga untuk relaksasi, kemudian Sido Muncul Vitamin C 1000mg dengan rasa jeruk manis, Kukubima Ener-G dengan Vitamin C 1000mg, Tolak Angin care, dan juga Kapsul JSH.
Pertumbuhan laba bersih pada kinerja semester satu tahun ini juga dianggap setara dengan 47,5 persen dari estimasi konsensus. Selain adanya efisiensi biaya operasional, Rendy memperkirakan kenaikan dari laba bersih didukung juga oleh insentif fiskal dari pemerintah yang menyebabkan effective tax rate tercatat turun ke level 22,4 persen pada semester pertama tahun 2020.
SIDO juga masih mempertahankan posisi neraca yang solid dengan net cash position. Hal ini sejalan dengan ekspektasi recovery dari belanja masyarakat yang masih lambat.
Emiten tersebut saat ini diperdagangkan dengan valuasi yang moderat dengan PE T12M di level 21,7x, 8,4 persen discount dibandingkan rata-rata peers.
Senada, analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy mengatakan bahwa SIDO sebenarnya memiliki portofolio produk yang kesehatan yang beragam dan paling diminati konsumen.
“Kami berpandangan bahwa model bisnis perusahaan merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang bisa mempertahankan profitabilitas yang stabil di tengah krisis virus corona,” tulisnya dalam publikasi riset baru-baru ini.
Hal ini mendorong sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli untuk saham SIDO, pada nilai wajar kapitalisasi pasar Rp22,65 triliun atau Rp1.510 per saham.
Target harga tersebut juga mempertimbangkan price-to-earning ratio (PER) dan price-to-book value (PBV) 27,4 dan 25,9x pada tahun 2020 serta 7,3 dan 7,1x pada tahun 2021.
Menurut Robert, harga saham SIDO sama sekali tidak premium mengingat rasio pembayaran dividen atau dividen payout ratio (DPR) rata-rata 95,1 persen dari laba bersih selama 6 tahun fiskal terakhir.