Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adaro (ADRO) Pangkas Target Kinerja Keuangan dan Operasional

Adaro Energy menyampaikan kondisi pasar yang kurang kondusif telah mendorong perusahaan untuk merevisi panduan tahun 2020 menjadi produksi 52 juta ton sampai 54 juta ton.
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com
Kegiatan pertambangan batu bara di wilayah operasional PT Adaro Energy Tbk./adaro.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Adaro Energy Tbk. memangkas target produksi batu bara dan EBITDA operasional menyusul pelemahan ekonomi global serta penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19.

Dalam publikasi Adaro Energy yang dikutip pada Minggu (16/8/2020), manajemen menyampaikan kondisi pasar yang kurang kondusif telah mendorong perusahaan untuk merevisi panduan tahun 2020 menjadi produksi 52 juta ton sampai 54 juta ton.

Earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) operasional pada 2020 berkisar US$600 juta sampai US$800 juta, belanja modal US$200 juta sampai US$250 juta.

Sebelumnya, pada 2020 ADRO menargetkan produksi batu bara 54 juta - 58 juta ton, dengan EBITDA operasional sebesar US$900 juta - US$1,2 miliar.

Sementara itu, ADRO ini melaporkan produksi batu bara pada paruh pertama tahun ini mencapai 27,29 juta ton, atau turun 4 persen year-on-year (yoy).

Selain itu, volume penjualan batu bara pada periode ini pun mencapai 27,13 juta ton, atau turun 6 persen secara tahunan.

Manajemen menyampaikan nisbah kupas Adaro Energy tercatat 3,77 kali karena musim hujan yang panjang di wilayah operasi berdampak terhadap aktivitas perusahaan.

"Adaro Energy terus berupaya mempertahankan keunggulan operasional, meningkatkan efisiensi, menjaga marjin yang sehat dan memberikan pasokan yang andal bagi para pelanggan," sebut manajemen dalam laporan tersebut.

Lebih lanjut, pada kuartal kedua 2020 pasar batu bara termal terdampak oleh pandemi COVID-19 secara lebih signifikan karena negara-negara pengimpor batu bara harus menghadapi dampak ekonomi yang besar.

Akibatnya, permintaan terhadap listrik, dan dengan demikian terhadap batu bara, kemudian anjlok, dengan peningkatan permintaan yang berskala kecil dan sporadis menuju akhir kuartal II seiring pelonggaran lockdown yang dilakukan secara perlahan dan waspada.

Situasi tersebut menekan harga batu bara pada kuartal II/2020, dengan harga global COAL Newcastle turun ke rata-rata US$55,08 per ton, atau turun 19 persen secara q-o-q.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper