Bisnis.com, JAKARTA - PT Adaro Energy Tbk. memangkas target produksi bara di kisaran 10 persen menyusul tren penurunan harga batu bara di pasar dunia.
Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan target produksi batu bara hingga akhir tahun berkisar 54 juta hingga 58 juta ton, atau berada di kisaran bawah target sepanjang tahun ini. Penurunan produksi terutama akan dilakukan pada batu bara jenis thermal.
“Adaro akan berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” ujarnnya melalui eterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (30/7/2020).
Penurunan target produksi yang dilakukan Adaro sejalan dengan imbauan dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI). Asosiasi mengimbau produsen untuk menurunkan target produksi guna menyeimbangkan kondisi pasar batu bara yang tertekan akibat pelemahan ekonomi global.
Di samping, pendemi virus corona (Covid-19) juga membuat permintaan listrik industri turun. Untuk diketahui, batu bara menjadi salah satu bahan bakar pembangkit listrik sehingga permintaan listrik berdampak langsung terhadap kebutuhan batu bara.Feb
Febriati menyebut, perseroan akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan. Di samping itu, Adaro juga fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis dan mempertahankan kinerja yang solid.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara memang terus melandai sejak awal tahun. Dalam periode tahun berjalan, harga batu bara Newcastle telah tergerus 23,09 persen. Pada penutupan perdagangan Rabu (29/7/2020), harga batu bara terpantau US$55,45 per ton untuk kontrak Oktober 2020.