Bisnis.com, JAKARTA — Kendati asumsi-asumsi yang disajikan pemerintah pada pembacaan Buku Nota Keuangan RAPBN 2021 memberikan sentimen yang positif terhadap pergerakan pasar, bayang-bayang pandemi masih menjadi sentimen yang patut diwaspadai.
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Chrisnanda mengatakan secara garis besar nota keuangan yang disampaikan oleh pemerintah masih sejalan dengan rata-rata konsensus pasar dan estimasi lembaga internasional.
Di sisi lain, pasar juga merespons dengan positif hal tersebut. Terlihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini yang berhasil ditutup di zona hijau dengan penguatan 0,16 persen ke level 5.247,69. Padahal, indeks sempat terjerempab di awal perdagangan.
“Ini tentunya menjadi sentimen positif dimana di tahun 2020 ini perkiraan GDP Indonesia di akhir tahun bertumbuh negatif sebesar 0,5 persen YoY,” ujar Thendra saat dihubungi Bisnis, Jumat (14/8/2020)
Meskipun demikian, tambah Thendra, estimasi tersebut masih sangat bergantung pada penanganan Covid-19 baik di dalam negeri maupun secara global, termasuk perkembangan pembuatan vaksin.
“Semakin lama keberhasilan penggunaan vaksin ke manusia akan berpotensi memperlebar deviasi atas pencapaian estimasi di atas,” tutur dia.
Baca Juga
Seperti diketahui, pada pembacaan Nota Keuangan RAPBN 2021 hari ini, Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen, inflasi sebesar 3 persen, dan defisit anggaran sebesar 5,5 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah pada 2021 diperkirakan di kisaran Rp14.600 per dolar AS dengan tingkat bunga obligasi Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun di kisaran 7,25 persen.
Tak hanya itu, pemerintah juga menganggarkan Rp414 triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam RAPBN 2021 sebagai upaya untuk pemulihan ekonomi, penyediaan layanan dasar, serta peningkatan konektivitas.