Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunai menembus elvel US$42 per barel setelah dalam sebulan terakhir tampa malas bergerak di kisaran US$40 per barel. Namun, prospek harga dinilai bakal dibayangi tren permintaan yang terbatas.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (12/8/2020) hingga pukul 16.24 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak September 2020 di bursa Nymex berada di level US$42,45 per barel, naik 1,22 persen. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Oktober 2020 di bursa ICE naik 0,8 persen ke level US$45,38 per barel.
Analis Bloomberg Intelligence Roblligence Rob Barnett mengatakan bahwa permintaan minyak global mungkin hanya pulih hingga 90 juta barel per hari pada kuartal IV/2020. Angka itu masih di bawah permintaan pada akhir tahun lalu sebesar 100 juta barel per hari.
Barnett menjelaskan bahwa efek pandemi Covid-19 yang masih membayangi pasar dan semakin banyaknya bukti gelombang kedua penyebaran virus di beberapa negara muncul, telah mendorong prospek yang lebih negatif terhadap makroekonomi global.
“Kami yakin permintaan minyak akan pulih dari 80 juta barel per hari yang terjadi pada kuartal II/2020, tetapi kombinasi sentimen itu akan menekan permintaan hingga kuartal IV/2020 hingga akhirnya dapat menjadi indikator bearish terhadap harga minyak,” ujar Barnett seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (11/8/2020).
Kendati demikian, ekspektasi permintaan itu berbeda dengan Badan Energi Internasional atau International Energy Agency dan lembaga lainnya yang memperkirakan permintaan kuartal IV/2020 menjadi sekitar 97 juta barel per hari, atau hanya 3 persen di bawah tahun sebelumnya.
Lembaga yang berbasis di Paris itu telah menaikkan perkiraan permintaan minyak sepanjang tahun ini menjadi 92,1 juta barel per hari (bph), naik sekitar 400.000 bph daripada perkiraannya pada Juni 2020.
IEA menjelaskan bahwa pelonggaran pembatasan sosial dan kebijakan lockdown di beberapa negara telah mendorong rebound kuat terhadap pasar yang tercermin dari mulai pulihnya pengiriman bahan bakar pada Mei dan Juni, yang kemungkinan akan berlanjut.
“Pasar minyak tidak diragukan lagi memang telah membuat kemajuan, tetapi lonjakan jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir adalah pengingat bahwa pandemi masih tidak terkendali dan risiko terhadap prospek mungkin akan kembali ke arah downside,” tulis IEA seperti dikutip dari publikasi laporan bulanannya.
Adapun, IEA juga menjelaskan kendati pasar minyak secara keseluruhan membaik, aktivitas penyulingan minyak pada tahun ini akan turun lebih daripada yang diperkirakan pada bulan lalu dan akan tumbuh lebih sedikit pada 2021.
Permintaan produk turunan minyak pada 2021 kemungkinan akan menjadi 2,6 juta barel per hari, yaitu di bawah tingkat pada 2019, dengan minyak tanah dan bahan bakar jet memimpin pelemahan karena penurunan dalam perjalanan udara menyumbang tiga perempat dari kekurangan permintaan tersebut.