Bisnis.com,JAKARTA—PT Barito Pacific Tbk. mendapat fasilitas pinjaman dari Bangkok Bank senilai US$252,7 juta untuk pembiayaan proyek pembangkit listrik. Fasilitas tersebut diperoleh setelah perseroan meneken perjanjian fasilitas pinjaman dengan Bangkok Bank Public Company Limited pada Rabu (5/8/2020).
Lewat keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (7/8/2020), Corporate Secretary Barito Pacific Diana Arsiyanti melaporkan Bangkok Bank selaku kreditur setuju untuk memberikan fasilitas pinjaman US$252,70 juta. Pinjaman tersebut harus dilunasi dalam waktu 60 bulan sejak tanggal penarikan pertama.
“Seluruh dana yang diperoleh dari pinjaman tersebut akan dipergunakan sebagai bagian dari kontribusi perseroan dalam struktur pembiayaan yang diberikan kepada PT Indo Raya Tenaga,” jelasnya melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (7/8/2020).
Adapun, pinjaman tersebut dijamin dengan gadai atas rekening penerimaan dividen atas nama perseroan, gadai atas rekening debt service reserve account atas nama perseroan, dan gadai atas saham yang dimiliki perseroan di dalam PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. selaku anak usaha.
Transaksi itu bukan merupakan transaksi afiliasi dan atau transaksi yang mengandung benturan kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bappepam-LK).
Dengan diperolehnya pinjaman tersebut, lanjut Diana, perseroan dapat memenuhi kewajibannya terkait kontribusi perseroan kepada Indo Raya Tenaga. Dana itu diperlukan untuk pembangunan dan pengembangan pembangkit tenaga listrik tenaga uap berteknologi ultra-supercritical (USC).
Baca Juga
“Dengan kapasitas 2X1.000 MW atau yang dikenal dengan proyek Jawa 9 dan 10,” jelasnya.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Investor Relation Barito Pacific Gaurav Yadav mengatakan bahwa perseroan berkomitmen untuk turut berperan dalam membantu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memodernisasi basis pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia yang terpasang sehingga dapat mengurangi emisi rumah kaca.
Pasalnya, dengan teknologi USC batu bara yang dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan unit sub-critical yang telah ada. Oleh karena itu, pembangkit listrik Jawa 9 dan 10 akan mengeluarkan emisi yang lebih rendah dan menyediakan listrik yang lebih murah.
“Total investasi proyek itu mencapai US$3,2 miliar yang termasuk hutang dan ekuitas. Setelah pembiayaan diselesaikan, akan tahu pemisahan antara utang dan ekuitas seberapa besar,” ujarnya.