Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten farmasi BUMN kembali bergeliat dalam tiga hari berturut-turut sejak Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) akan memproduksi vaksin Covid-19 pada akhir tahun ini.
Pada penutupan pasar, Kamis (6/8/2020), saham PT Indofarma Tbk. (INAF) kembali memimpin keperkasaan emiten farmasi dengan kenaikan sebesar 11,93 persen atau 340 poin ke level Rp3.190 dengan rentang harga Rp2.900 hingga Rp3.540.
Pada hari ini, broker Mirae Asset Sekuritas mencatatkan penjualan dan pembelian terbesar saham INAF. Sejak sebulan terakhir, saham emiten pelat merah itu juga sudah menguat 217,41 persen.
Di sisi lain, pergerakan saham PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) juga mengekor penguatan saham INAF, dengan kenaikan sebesar 11,58 persen atau 330 poin ke level Rp3.180 dengan range harga Rp2.950 hingga Rp3.550.
Lagi-lagi broker Mirae Asset Sekuritas terpantau paling banyak melakukan aksi jual dan beli saham KAEF. Dalam sebulan terakhir, saham KAEF terpantau sudah menguat 181,42 persen.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah memberikan stempel aktivitas saham yang diluar kebiasaan atau unusual market activity (UMA) kepada saham INAF dan KAEF per tanggal 15 Juli 2020 lalu.
Baca Juga
Dalam surat keterangannya, baik KAEF maupun INAF menyatakan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Adapun, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menyatakan bahwa pergerakan saham emiten BUMN farmasi yang liar dalam beberapa hari terakhir memang sangat dipengaruhi oleh sentimen vaksin yang berkembang.
“(Menguatnya saham emiten BUMN farmasi) karena sentimen vaksin,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (8/6/2020).
Laksono pun belum bisa berkomentar terkait langkah suspensi yang kemungkinan akan diberlakukan bursa mengingat kenaikan harga saham emiten tersebut yang terus melejit dari hari ke hari.
“Sesuai dengan aturan yang ada saja nanti ya,” tutupnya.