Bisnis.com JAKARTA - Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menyatakan tetap berencana menerbitkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) dengan aset dasar pendapatan jalan tol yang dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa mengatakan rencana penerbitan KIK EBA dengan prinsip syariah tertunda akibat penurunan volume lalu lintas di jalan tol Cikunir-Cilincing, jalan tol yang bagian dari jaringan jalan tol lingkar luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR).
Volume lalu lintas di jalan tol turun akibat berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk membendung penyebaran virus corona (Covid-19). Saat volume lalu lintas turun, pendapatan dari tarif tol juga ikut lungsur.
“Kami masih terus pelajari dan monitor karena juga mengalami hal yang sama. Tapi tetap kami usahakan terbit tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (4/8/2020).
Sebelumnya Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto menjelaskan rencana penerbitan instrumen itu akan menggunakan pendapatan tol. Namun, saat ini rerata pendapatan tol masih menurun dibandingkan dengan kondisi normal sebelum pandemi Covid-19.
“Pendapatan tol belum pulih sepenuhnya, untuk saat ini pada hari kerja atau weekdays penurunannya sekitar 15 persen sampai 20 persen terhadap kondisi normal,” katanya kepada Bisnis, Minggu (28/6/2020).
Baca Juga
Dia menjelaskan apabila penerbitan instrumen itu dilakukan dalam kondisi saat ini, maka ukuran pendanaan yang didapatkan tidak akan maksimal. Di sisi lain, kondisi saat ini akan memberi risiko lebih besar yang akan mempengaruhi besaran kupon instrumen tersebut.
MMI dan Jasa Marga sudah membesut KIK EBA dengan aset pendapatan tol ruas Jagorawi bernama KIK EBA JSMR01. Menurut Alvin, kendati volume lalu lintas di Jagorawi turun, sejauh ini tidak ada dampak terhadap pembayaran imbal hasil maupun pokok dari KIK EBA JSMR01.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2020, KIK EBA JSMR01 mencetak penurunan pendapatan investasi sebesar 60 persen dengan posisi laba Rp11,09 miliar. Jumlah laba tersebut turun 56 persen.