Bisnis.com,JAKARTA — Daya tarik surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara akan diuji dalam lelang yang berlangsung esok hari atau sehari sebelum rilis produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020.
Pemerintah melalui Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan kembali melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) yang terdiri atas satu seri Surat Perbendaharaan Negara - Syariah (SPN-S) baru atau new issuance dan empat seri Project Based Sukuk (PBS) lama atau reopening.
Adapun, underlying asset dari kelimanya merupakan proyek atau kegiatan dalam APBN tahun 2020 dan barang milik negara. Pemerintah sendiri mematok target indikatif Rp8 triliun dalam lelang perdana Agustus 2020.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai pasar obligasi cenderung datar dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, pelaku pasar masih dihantui dengan pertambahan kasus positif Covid-19 yang masih tinggi.
“Untuk lelang besok, prediksi saya masuk penawaran sekitar Rp20 triliun dan serapan pemerintah masih di Rp8 triliun,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).
Ramdhan mengungkapkan data ekonomi diprediksi tidak terlalu baik. Kondisi itu menghambat dana asing masuk kembali ke Indonesia. Dia memprediksi penawaran yang masuk tidak akan setinggi lelang sukuk negara terakhir mencapai Rp40,20 triliun. Pasalnya, investor menurutnya cukup berhati-hati saat ini.
Baca Juga
“Investor mengamati pergerakan nilai tukar rupiah, rilis data makro ekonomi Indonesia, serta pertambahan positif Covid-19 yang tinggi,” paparnya.
Secara terpisah, Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie menjelaskan bahwa penawaran masuk kisaran Rp20 triliun hingga Rp30 triliun untuk proyeksi skenario moderat. Untuk skenario optimistis, permintaan bisa menembus Rp40 triliun.
“Tetapi kemungkinan saya kira yang skenario moderat,” ujarnya.
Roby mengatakan mayoritas investor sukuk negara adalah bank lokal. Oleh karena itu, selama likuiditas bank memadai, faktor kontraksi ekonomi kuartal II/2020 tidak akan berdampak signifikan. Dia memperkirakan seri-seri tenor pendek banyak diincar peserta lelang. Prediksi itu sejalan dengan kondisi pasar sekunder dimana seri tersebut mendominasi kenaikan harga.
“Apalagi bank kecenderungannya sedang akumulasi surat berharga negara,” imbuhnya.