Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berpotensi tertekan dalam jangka pendek akibat sentimen investor yang menghindari aset berisiko.
Pada perdagangan Jumat (31/7/2020) pukul 12.54 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2020 naik 0,35 persen atau 0,14 poin menuju US$40,06 per barel.
Sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis (30/7/2020), harga minyak WTI anjlok 3,3 persen ke area US$39 per barel.
Adapun, harga minyak Brent kontrak September 2020 meningkat 0,49 persen atau 0,21 poin menuju US$43,15 per barel.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan harga minyak berpeluang bergerak turun dalam jangka pendek di tengah berbagai sentimen negatif seperti pasar yang menjauhi aset berisiko.
Hal itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyarankan pemilihan presiden (Pilpres) yang dijadwalkan pada November 2020 ditunda. Sentimen lain yang berpotensi membebani harga minyak adalah melambatnya ekonomi AS.
Baca Juga
"Negara konsumen minyak terbesar di dunia itu [Amerika Serikat] memasuki periode resesi. Selain itu, ada potensi meningkatnya suplai dari para anggota OPEC+ yang akan meningkatkan produksi mereka di bulan Agustus sekitar 1,5 juta barel per hari mulai bulan Agustus," paparnya dalam publikasi riset, Jumat (31/7/2020).
Untuk data, hari ini pasar akan menantikan perilisan data aktivitas rig AS yang dilaporkan oleh Baker Hughes pukul 00:00 WIB atau Sabtu (1/8/2020).
Secara teknikal, harga minyak akan cenderung bearish selama harga tertahan di bawah level indikator moving average 50-100-200 (garis merah, biru dan kuning) di dalam grafik 1 jam.
Untuk sisi bawahnya, level support terdekat berada di US$39,70. Menembus ke bawah dari level tersebut berpotensi memicu penurunan lanjutan ke US$39,20 sebelum membidik support kuat di US$38,60.
Sementara itu, jika bergerak naik, level resisten terdekat berada di US$40,50, menembus ke atas dari level tersebut berpotensi memicu kenaikan lanjutan ke US$41,00 sebelum membidik resistan kuat di US$41,60.