Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat merosot pada perdagangan Kamis (30/7/2020) setelah Negeri Paman Sam ini mencatat penurunan kontraksi ekonomi tajam.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Dow Jones melemah 0,85 persen atau 225,92 poin ke level 26.313,65, sedangkan S&P 500 koreksi 0,37 persen atau 12,22 poin menuju 3.246,22.
Indeks Nasdaq berhasil menguat 0,43 persen ke posisi 10.587,81, setelah dibuka melemah 0,59 persen atau 61,78 poin ke level 10.481,16 pada awal perdagangan.
Perekonomian AS pada kuartal II/2020 dilaporkan mengalami penurunan kinerja paling tajam di tengah merebaknya wabah virus Corona atau Covid-19.
Realisasi kinerja ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal kedua itu bahkan menjadi penurunan paling signifikan sejak dekade 1940.
Produk domestik bruto (PDB) AS menyusut 9,5 persen pada kuartal II/2020 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quartal-to-quartal). Penurunan kinerja ekonomi negara adidaya itu bahkan mencapai 32,9 persen untuk laju tahunan (year-on-year/yoy), sebagaimana dilaporkan Departemen Perdagangan.
Investor juga tengah menantikan sejumlah laporan keuangan perusahaan besar, di antaranya Apple Inc., Amazon.com Inc., Alphabet Inc., dan Facebook Inc.. Keempat perusahaan tersebut dijadwalkan merilis laporan keuangan setelah pasar tutup hari ini.
Sementara itu, saham United Parcel Service Inc. melonjak menyusul kinerja yang melampaui perkiraan sebelumnya.
Meskipuns sejumlah data ekonomi mulai membaik setelah pembukaan kembali perekonomian, lonjakan dalam infeksi di seluruh dunia menunjukkan bahwa pemulihan kemungkinan besar akan berjalan lambat dan tidak merata.
Sementara itu, gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa tanda-tanda peningkatan kasus virus corona mulai membebani aktivitas, sambil mencatat bahwa laju perekonomian ke depan sangat tidak pasti.
Senior portfolio strategist RBC Wealth ManagementTom Garretson menyampaikan saat ini pasar berada dalam waktu yang tidak pasti antara rebound ekonomi kuartal ketiga yang penuh harapan dan beberapa kekhawatiran tentang proses pembukaan kembali lockdown.
"Seperti apa pemulihan ekonominya. Kami agak ragu saat ini, menunggu sentimen lain untuk menggerakkan pasar," paparnya.