Bisnis.com, JAKARTA — Meskipun membukukan rapor hijau, kinerja produk reksa dana syariah ternyata tak terlalu bergairah di tengah momentum pemulihan pasar, khususnya untuk reksa dana berbasis saham. Absennya saham perbankan jadi penyebabnya.
Berdasarkan data Infovesta Utama selama tiga bulan terakhir, yakni 23 April 2020—23 Juli 2020, kinerja produk reksa dana syariah masih kalah dibandingkan dengan produk konvensional.
Dalam periode tersebut, reksa dana saham syariah yang diilustrasikan dalam Infovesta Sharia Equity Fund Index tercatat meningkat 4,77 persen. Sementara itu, reksa dana saham konvensional yang digambarkan dalam Infovesta 90 Equity Fund Index naik 10,25 persen.
Lesunya kenaikan kinerja juga berdampak pada dana kelolaan. Berdasarkan data OJK per 30 Juni 2020, reksa dana syariah tercatat menyumbang dana kelolaan Rp58,06 triliun, atau 12,03 persen dari total dana keloaan industri yang sebesar Rp482,54 triliun.
Persentase tersebut sedikit mengecil dibandingkan dua bulan terakhir. Pada Mei 2020 misalnya, kontribusi produk syariah terhadap dana kelolaan 12,20 persen, sedangkan pada April 2020 sebesar 12,29 persen.
Head of Research Market Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksa dana konvensional terdorong oleh kenaikan IHSG yang mulai merangkak naik sejak kuartal II/2020.
Baca Juga
Dalam kondisi ini, jelas Wawan, kinerja reksa dana saham konvensional naik sejalan dengan IHSG. Sebaliknya, kenaikan IHSG memiliki dampak yang berbeda pada pertumbuhan kinerja reksa dana syariah.
Pasalnya, reksa dana syariah tidak memiliki saham-saham perbankan dalam portofolionya. Padahal saham perbankan menjadi salah satu motor penggerak kenaikan IHSG dan reksa dana saham.
“Terutama yang big four itu kan kapitalisasinya besar jadi ya [RD] konvensional diuntungkan dari situ, sedangkan [RD] syariah porsi perbankannya jauh lebih kecil dibandingkan konvensional,” tutur Wawan kepada Bisnis, Jumat (24/7/2020)
Dia memproyeksikan hingga akhir tahun ini IHSG masih akan menunjukkan tren naik dengan asumsi penanganan pandemi dapat dilakukan dengan baik dan pembatasan-pembatasan sosial segera dihapuskan, serta adanya potensi pemangkasan kembali suku bunga acuan.
Adapun kinerja reksa dana saham konvensional masih akan terus sejalan dengan IHSG. Wawan menila tahun ini proyeksi kinerja reksa dana saham lebih mudah terbaca karena para manajer investasi bersikap konservatif.
“Sepertinya karena pelangalaman tahun lalu, MI sekarang kebanyakan portofolionya mendekati indeks jadi pergerakannya seiring sejalan, nggak lari kemana-mana lagi,” imbuh Wawan.
Menurutnya, jika asumsi IHSG terjadi, kinerja reksa dana saham konvensional masih bisa naik hingga 10 persen pada akhir tahun nanti. Adapun untuk reksa dana syariah diprediksi mengalami peningkatan separuhnya atau sekitar 5 persen.
“Itu IHSG kan 40 persennya bank. [Di syariah] ada saham telekomunikasi dan consumer tapi tetap nggak seimbang kapitalisasi pasarnya. Jadi ya agak sulit untuk syariah bisa 10 persen juga," tutur dia.
Sementara itu, untuk reksa dana berbasis surat utang dan pasar uang, kinerja produk syariah dan konvensional cenderung serupa alias tak berbeda jauh.
Reksa dana pendapatan tetap syariah yang digambarkan dalam Infovesta Sharia Fixed Income Fund Index kinerjanya tumbuh 4,76 persen. Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap konvensional yang diilustrasikan dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index naik sedikit lebih tinggi yakni 4,83 persen.
“Kalau yang oblogasi ini mirip sekali. Memang bagusan yang konvensional tapi tipis sekali, jadi secara umum mereka sama. Sampai akhir tahun juga masih akan sejalan,” tutup Wawan.