Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mendingin, Terimbas Ambruknya Pasar Saham

Pada penutupan perdagangan Kamis (23/7/2020) waktu setempat harga minyak WTI kontrak September 2020 turun 83 sen menuju US$41,07 per barel.
Karyawan Pertamina melakukan pengecekan fasilitas kilang minyak. Istimewa/ Pertamina
Karyawan Pertamina melakukan pengecekan fasilitas kilang minyak. Istimewa/ Pertamina

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mengalami koreksi seiring dengan langkah investor yang menghindari aset-aset berisiko termasuk pasar saham dan komoditas.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (23/7/2020) waktu setempat harga minyak WTI kontrak September 2020 turun 83 sen menuju US$41,07 per barel.

Adapun, harga minyak Brent kontrak September 2020 turun lebih dalam, yakni 98 sen menjadi US$43,31 per barel.

Sejatinya, harga minyak sempat mengalami reli. Namun, muramnya pasar saham AS turut menambah sentimen negatif minyak yang tertekan sinyal perlambatan ekonomi global.

Penurunan ekonomi berarti mengindikasikan berkurangnya konsumsi minyak global. Pasalnya, pandemi virus corona menyebabkan pelemahan permintaan yang semakin besar dari Amerika Serikat hingga Asia.

"Minyak mentah terkena sentimen aset berisiko, dimana investor sedang menhindarinya. Selain itu, virus telah melukai prospek ekonomi, dan memengaruhi permintaan minyak mentah," papar managing member of the global macro program at Tyche Capital Advisors LLC Tariq Zahir.

Minyak mentah berjangka telah terperangkap dalam kisaran ketat selama dua bulan terakhir karena laporan stimulus pemerintah dan kemajuan vaksin gagal mengatasi prospek untuk meredam permintaan di tengah pandemi yang bangkit kembali.

Ditambah lagi, aliansi OPEC + akan melepaskan kembali minyak mentah ke pasar. Di AS, persediaan minyak sudah pada tingkat musiman tertinggi dalam beberapa dekade.

Sementara itu, kasus virus terus melonjak di AS dan data pemerintah pekan ini menunjukkan melemahnya permintaan bahan bakar dengan langkah-langkah untuk menahan pandemi. Hal itu membuat orang tidak lagi bepergian.

Kasus corona di seluruh AS meningkat 1,8% dalam 24 jam terakhir, kematian di Florida memecahkan rekor dan California melaporkan laju infeksi baru yang lebih cepat.

Sementara itu, di China, banjir parah dapat mengurangi permintaan bensin dan gas bumi sebanyak 5%, menurut Fakta Global Energy. Prospek permintaan juga tidak jauh lebih baik di Eropa, dengan kilang Finlandia Neste Oyj memperkirakan permintaan untuk produk minyak akan "sangat berkurang" pada kuartal ketiga.

"Kita memiliki sejumlah besar minyak di seluruh dunia yang harus dikonsumsi. Kita perlu melihat tanda-tanda konstan bahwa permintaan meningkat dan semuanya kembali normal agar harga minyak bergerak lebih tinggi," kata wakil presiden riset pasar di Tradition Energy Gene McGillian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper