Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REKSA DANA SAHAM: Bersiap Pemulihan Ekonomi, MI Pilih Blue Chip

Saham-saham berkapitalisasi besar tersebut akan menjadi yang pertama bangkit ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pulih ke level sebelum diterpa pandemi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA — Sejumlah manajer investasi mempertahankan saham-saham bluechip untuk dijadikan underlying asset produk reksa dana saham pada paruh kedua tahun ini.

Harapannya, saham-saham berkapitalisasi besar tersebut akan menjadi yang pertama bangkit ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pulih ke level sebelum diterpa pandemi.

Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan pihaknya termasuk yang bullish dalam melihat prospek IHSG tahun ini.

Dengan demikian, saham-saham yang kapitalisasi pasarnya mendominasi indeks seperti saham sektor perbankan menjadi pilihan utama dalam menyusun portofolio reksa dana saham pada semester II/2020.

“Strategi kami lebih ke blue chip. Saham-saham mid—small cap mungkin sedikit underperform [terhadap IHSG]. Yang pasti saat IHSG naik, itu yang bangkit duluan adalah saham-saham berkapitalisasi besar,” jelas Jemmy kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Untuk sektornya, Jemmy menunjuk saham-saham perbankan, infrastruktur dan utilitas, serta barang konsumer menjadi yang paling banyak dikoleksi oleh manajer investasi dengan dana kelolaan Rp13,3 triliun tersebut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 17 Juli 2020, indeks saham sektor industri barang konsumer mencatatkan kinerja paling baik dibandingkan sektor lainnya dengan pelemahan 9,18 persen. Posisi itu outperform ketimbang kinerja IHSG yang jeblok 19,37 persen.

Selanjutnya, indeks saham sektor keuangan yang di dalamnya termasuk saham perbankan melemah 18,80 persen.

Menurut Jemmy, subsidi yang digelontorkan pemerintah untuk perbankan akan menolong kinerja bank pada tahun ini kendati tidak akan mampu menyamai pencapaian pada tahun lalu.

“Harusnya [perbankan] ini menjadi sektor pilihan untuk asing dan investor global untuk masuk ke indonesia,” tutur Jemmy.

Adapun, indeks saham sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi disebut Jemmy memang sudah turun banyak sebesar 21,67 persen. Namun, saham di dalam sektor ini sudah mulai menawarkan valuasi yang menarik dan beberapa saham lainnya bahkan semakin diminati seperti saham telekomunikasi.

Menjelang akhir tahun, Jemmy optimistis IHSG dapat menyentuh level 5.500, atau naik sekitar 10 persen dari posisi saat ini.

REKSA DANA SAHAM: Bersiap Pemulihan Ekonomi, MI Pilih Blue Chip

Senada dengan Jemmy, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich juga mengoleksi saham-saham berfundamental kuat yang dinilai cepat pulih setelah pandemi.

Untuk sektornya, Farash menyebut investasi dilakukan secara terdiversifikasi sebagai bagian dari pengelolaan risiko seperti ke saham-saham perbankan, barang konsumer, otomotif, peritel, konstruksi, serta saham komoditas seperti batu bara dan CPO.

“[Karena] valuasi tidak mahal. Cenderung fully invest,” kata Farash kepada Bisnis, Sabtu (18/7/2020).

Prospek rebound IHSG setelah aktivitas ekonomi dan sosial kembali dibuka pada semester II/2020 ini pun disebut Farash akan langsung diikuti oleh kinerja reksa dana saham.

Investor, khususnya dari kalangan ritel, diperkirakan semakin ramai mengoleksi produk reksa dana saham menjelang akhir tahun ini. Tren itu bahkan sudah terlihat sejak IHSG menyentuh level terendah pada Maret-Juni.

“Ke depan, saya lihat frekuensi investasi di reksa dana saham lebih banyak flow dari investor individu. Untuk asuransi akan lebih banyak [masuk] di reksa dana pendapatan tetap dan untuk reksa dana pasar uang rasanya masih akan banyak dari investor bank,” terangnya.

Adapun selera investasi dari investor individu disebut Farash kian membaik karena belakangan ini gaung literasi pasar modal semakin besar. Dengan adanya edukasi melalui berbagai media yang gencar dilakukan pada masa pandemi, masyarakat pun sudah lebih melek dengan investasi dan perencanaan keuangan.


LAYAK KOLEKSI

Kendati kinerja reksa dana saham masih banyak yang berada di zona merah sejak awal tahun, para investor dengan horison investasi jangka panjang tetap disarankan untuk masuk secara bertahap.

Berdasarkan data Infovesta Utama per 16 Juli 2020, indeks reksa dana saham yang tercermin lewat Infovesta 90 Equity Fund Index mencatatkan kinerja terburuk sebesar -20,58 persen.

Sementara itu, kinerja indeks reksa dana campuran yang tercermin lewat Infovesta 90 Balance Fund Index tercatat -9,75 persen.

Di teritori positif, indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin lewat Infovesta 90 Fixed Income Fund Index mencatatkan kinerja terbaik sebesar 3,32 persen.

Selanjutnya indeks reksa dana pasar uang yang tercermin lewat Infovesta 90 Money Market Fund Indeks berkinerja stabil pada level 2,65 persen.

REKSA DANA SAHAM: Bersiap Pemulihan Ekonomi, MI Pilih Blue Chip

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dari sisi dana kelolaan dan unit penyertaan, kinerja reksa dana saham berpotensi naik seiring dengan kondisi pasar yang mulai membaik.

Dia mencontohkan kinerja industri reksa dana sepanjang Juni telah lebih baik ditopang oleh kinerja positif IHSG yang mencatatkan imbal hasil sebesar 3,19 persen. Dana kelolaan dari para manajer investasi pun kembali naik seiring dengan menguatnya harga-harga saham di pasar.

“Ini kan [dana kelolaan] naik sekitar Rp8 triliun, itu sekitar Rp5 triliunnya dari reksa dana saham sendiri,” kata Wawan.

Menurutnya, tren pertumbuhan ini masih bakal meningkat, tapi tetap akan dibayangi oleh volatilitas, seiring dengan sejumlah sentimen baru yang muncul misalnya perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Masih akan naik, akan meningkat, tapi pasti akan terjadi fluktuasi," katanya.

Meskipun demikian, Wawan menyarankan bagi investor yang ingin masuk ke reksa dana saham sebaiknya mereka yang memiliki rencana investasi jangka panjang, sedangkan yang memiliki rencana investasi jangka pendek atau short term lebih baik memilih reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper