Bisnis.com - PT Intiland Development Tbk. mencatat penurunan saham 30,38 persen sejak awal tahun 2020. Saham perusahaan properti itu juga tidak beranjak naik selepas titik nadir bursa saham di akhir Maret 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Intiland menguat 0,56 persen ke posisi 181 pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (17/7/2020). Namun, dalam periode tahun berjalan, saham berkode DILD amblas 30,38 persen. Dalam tiga bulan terakhir, saham DILD tercatat turun 27,60 persen.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, sebanyak empat analis merekomendasikan buy untuk saham DILD. Ketiga sekuritas yang memberikan rekomendasi beli adalah Ciptadana Sekuritas, Trimegah Securities, dan Sucorinvest. Adapun CIMB merekomendasikan investor untuk mengakumulasi saham DILD.
Target harga saham DILD dari empat sekuritas berada di rentang 360 hingga 530. Adapun target harga saham DILD secara konsesi berada di level 360. Per hari ini, saham DILD diperdagangkan pada price earning ratio (PER) 5,48. Adapun selepas penutupan kapitalisasi pasar saham DILD sebesar Rp1,88 triliun.
Sebelumnya, DILD memutuskan untuk tidak melakukan pembagian dividen tunai untuk laba bersih tahun 2019. Keputusan tersebut ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan PT Intiland Development untuk periode 2019 pada Rabu (15/7/2020).
Direktur Intiland Development Archied Noto Pradono mengatakan seluruh laba bersih yang diperoleh perseroan akan digunakan sebagai laba ditahan sebesar Rp249,4 miliar.
Baca Juga
Archied mengakui, industri properti menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi virus Corona. Banyak konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunggu kondisi membaik dan memilih untuk menunda dulu pembelian.
“Hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi Covid-19. Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menengah ke bawah,” kata Archied.
Sampai akhir kuartal I tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4 persen dibandingkan kuartal I 2019 senilai Rp887,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya pengakuan pendapatan dari segmen mixed-use dan high rise, serta kawasan perumahan.