Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Kembali, Indeks Hang Seng dan Shanghai Composite Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Hang Seng terpantau menguat 0,7 persen menjadi 25.140,77 pada pukul 10.05 pagi waktu setempat, sedangkan indeks Shanghai Composite Index menguat 0,6 persen ke level 3.228,15.
Bursa Shanghai Composite Index/Reuters
Bursa Shanghai Composite Index/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Hong Kong dan China kompak menguat pada perdagangan Jumat (17/7/2020), didorong oleh kembalinya pelaku pasar setelah pelemahan sehari sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Hang Seng terpantau menguat 0,7 persen menjadi 25.140,77 pada pukul 10.05 pagi waktu setempat setelah melemah 2 persen ada perdagangan Kamis.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite menguat 0,6 persen ke level 3.228,15. Pada hari Kamis, indeks anjlok 4,5 persen, yang terbesar sejak Februari 2020.

Saham Tencent yang naik 1,9 persen menjadi pendorong indeks, disusul oleh saham Alibaba yang melonjak 1,7 persen. Sementara itu, produsen chipset China Semiconductor Manufacturing International Corp naik 4 persen.

Kweichow Moutai, salah satu saham yang diperdagangkan di Stock Connect, menguat 3,5 persen pada perdagangan Jumat setelah jatuh 7,9 persen pada Kamis.

Kweichow Moutai sebelumnya anjlok menyusul komentar dalam surat kabar yang dikelola pemerintah memperingatkan bahwa minuman keras adalah untuk minum bukan untuk spekulasi atau korupsi.

Penguatan ini menunjukkan bahwa investor melihat pelemahan Kamis sebagai peluang daripada awal koreksi besar dan mereka tetap percaya diri secara keseluruhan di pasar.

Dilansir dari South China Morning Post, pelemahan pada perdagangan sebelumnya dipicu oleh kekhawatiran bahwa pasar saham China terlalu panas. Selain itu, data terbaru menunjukkan pemulihan kuartal kedua akan mendorong pembuat kebijakan untuk menutup keran likuiditas.

Kekhawatiran meluas ke Hong Kong, yang saham utamanya terdiri dari perusahaan-perusahaan di Cina.

Otoritas Tiongkok waspada terhadap pengulangan krisis 2015 di negara itu yang menghapuskan kapitalisasi pasar senilai US$5 triliun dalam beberapa pekan.

“Lupakan pemulihan V-shaped. Ini akan menjadi pemulihan panjang berbentuk S-L-O-G,” kata kepala analis global di AxiCorp Stephen Innes mengenai ekonomi China.

“Upaya pemulihan ekonomi tahun ini dengan menyeimbangkan kembali investasi dan konsumsi swasta bisa terbukti sulit dilakukan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper