Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terlempar dari US$1.800, Harga Emas Rebound

Pada perdagangan Jumat (17/7/2020) pukul 06.23 WIB, harga emas spot naik 0,07 persen menjadi US$1.798,35.
Tumpukan emas batangan./Bloomberg
Tumpukan emas batangan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mengalami rebound pada Jumat (17/7/2020) pagi setelah sebelumnya terlempar dari level US$1.800 per troy ounce akibat membaiknya ekonomi China.

Pada perdagangan Jumat (17/7/2020) pukul 06.23 WIB, harga emas spot naik 0,07 persen menjadi US$1.798,35. Adapun, harga emas Comex kontrak Agustus 2020 koreksi 0,17 persen menuju US$1.797,2 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang meningkat 0,28 persen menjadi 96,346.

Sebelumnya harga emas tergelincir dari level US$1.800 akibat meningkatnya ekonomi China, yang mengindikasikan perbaikan ekonomi global, mengurangi permintaan terhadap aset aman atau safe haven.

Ekonomi China berhasil rebound dan mencatat pertumbuhan positif pada kuartal kedua, di tengah perjuangan global untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19.

Produk domestik bruto (PDB) China berekspansi 3,2 persen pada kuartal II/2020 dari tahun sebelumnya.

Tak hanya lebih baik dari dari proyeksi median sebesar 2,4 persen, capaian tersebut memutar balik kontraksi sebesar 6,8 persen pada kuartal I/2020.

Kendati demikian, PDB China masih turun 1,6 persen pada semester I/2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Laporan yang sama menunjukkan produksi industri meningkat 4,8 persen pada Juni 2020 dari tahun sebelumnya, penjualan ritel menyusut 1,8 persen, dan investasi aset tetap menurun 3,1 persen pada paruh pertama tahun ini, meskipun lebih baik dari ekspektasi penurunan sebesar 3,3 persen.

Setelah menutup kegiatan perekonomiannya pada kuartal pertama untuk menekan angka penyebaran virus Corona, China mengklaim upaya lebih dini di antara negara-negara lain dalam menangani penyakit mematikan tersebut.

Namun pendekatan stimulus konservatif hanya menghasilkan pemulihan domestik yang moderat dan masih sangat rentan terhadap penurunan permintaan eksternal karena dampak shutdown terhadap aktivitas global.

“Pemulihan pada kuartal kedua kuat, tetapi juga sangat tidak merata mengingat pemulihan pasokan lebih kuat dari permintaan dan investasi lebih kuat daripada konsumsi,” ujar Kepala ekonom China di Macquarie Bank Ltd. Larry Hu.

“Ke depannya, meskipun momentum pertumbuhan mau tidak mau akan berjalan lambat, pertumbuhan PDB bisa rebound menjadi sekitar 5 persen pada paruh kedua 2020,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper