Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dalgona, Corona, dan Pahit Harga Kopi di Saat Pandemi

Pandemi virus corona (Covid-19) membuat kebiasaan minum kopi di kedai mulai luntur. Permintaan kopi, terutama jenis arabika juga ikut terimbas, bersama seluruh rantai pasok yang terlibat. Konsumen tetap mencoba menikmati sensasi kopi di kafe dengan membuat dalgona.
Petugas kontruksi tengah menikmati kopi di sebuah kafe, di Selandia Baru. Marex Spectron memperkirakan secara global lebih dari 95 persen pasar kopi di luar rumah tutup selama pandemi./ Bloomberg
Petugas kontruksi tengah menikmati kopi di sebuah kafe, di Selandia Baru. Marex Spectron memperkirakan secara global lebih dari 95 persen pasar kopi di luar rumah tutup selama pandemi./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Kebiasaan minum kopi di kedai perlahan menjadi pemandangan asing saat pandemi virus corona (Covid-19) melanda dunia. Kerja dari rumah atau work from home diperkirakan bakal berimbas pada 125 juta orang di seluruh dunia yang bersentuhan dengan kopi.

Dilansir dari Bloomberg, konsumsi kopi diperkirakan akan turun untuk pertama kalinya sejak 2011, menurut prediksi Departemen Pertanian Amerika Serikat. Penutupan kedai kopi, kafe, dan restoran yang biasanya menarik permintaan biji kopi sebesar 25 persen menjadi salah satu pemicu.

Budaya nongkrong di kafe yang mulai hilang sejak pandemi menerjang memang tidak terelakkan. Peneliti Marex Spectron memperkirakan secara global lebih dari 95 persen pasar kopi di luar rumah tutup selama pandemi. 

Pandemi virus corona begitu menyebalkan ; merenggut begitu banyak nyawa, sampai hal kecil sekalipun, seperti kesenangan nongkrong sambil ngobrol. 

Sekadar informasi, For Notes jaringan kedai kopi di London tetap tutup kendati pembatasan sosial mulai dilonggarkan. Pendiri For Notes, Robert Robinson mengatakan aktivitas bekerja dari rumah membuat kantor banyak yang tutup.

"Banyak kantor di London tidak akan buka sampai setelah musim panas. beberapa mungkin hanya buka tahun depan,"ujarnya.

Konsumen benar-benar ragu untuk bertandang ke kedai kopi. Dunkin Brand Group Ic telah kehilangan banyak pelanggan yang biasanya memesan kopi dan menu sarapan. Starbucks Corp juga kembali ke model lawas, membuka format gerai jemputan di mana tidak ada meja dan kursi. 

"Jika Anda merasa ingin memiliki cappuccino, memesannya secara online tidak benar-benar berfungsi karena kopi adalah tentang aspek sosial," kata Robinson.

Pemulihan yang tertatih-tatih untuk permintaan kopi bisa menghancurkan bagi sekitar 125 juta orang di seluruh dunia yang bergantung pada tanaman untuk penghidupan mereka

Citigroup Inc. memprediksikan bahwa harga berjangka untuk biji arabika dapat turun sekitar 10 persen pada paruh kedua tahun ini menjadi sekitar 90 sen per pon, mendekati biaya impas. 

Brazil, salah satu penghasil kopi terbesar di dunia juga terkena imas. Suplicy Cafes Brasil Especiais, salah satu rantai kafe terbesar di negara itu, terpaksa menunda pembayaran kepada petani untuk kargo kopi yang sudah dikirim. 

Sementara itu, pesanan untuk pasokan baru hanya akan dilanjutkan secara bertahap, kata Chief Executive Officer Felipe Braga dalam sebuah wawancara telepon.

“Beberapa mitra waralaba kami sudah memperingatkan kami bahwa mereka akan tutup” secara permanen, kata Braga.

Di Asia, pasar yang paling cepat berkembang untuk kopi, konsumsi di restoran dan kafe diperkirakan akan pulih pada semester kedua tahun ini. Hal ini tidak lepas dari langkah berapa negara melonggarkan pembatasan sosial. 

Walau sulit keluar rumah, konsumen tetap minum kopi. Sensasi kopi Dalgona - minuman kocok yang dibuat dari kopi instan yang dipopulerkan di media sosial - menunjukkan bahwa konsumen mencoba menciptakan kembali pengalaman kafe yang menyenangkan di rumah.

"Kami percaya bahwa konsumen akan menurunkan poin harga, dan beralih ke kopi instan yang lebih murah, karena mereka mengencangkan ikat pinggang di tengah prospek ekonomi yang suram," Taohai Lin, seorang analis konsumer dan ritel di Fitch Solutions

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper