Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kertas PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) tengah menjadi perbincangan para pelaku pasar beberapa hari terakhir.
Pasalnya, dalam sebulan terakhir, saham emiten Grup Sinarmas tersebut sudah melesat 1.975 poin atau 37,44 persen ke level Rp7.250 pada awal perdagangan Kamis (9/7/2020).
Hingga pukul 10.31 WIB, saham TKIM terpantau sudah ditransaksikan sebesar Rp152,74 miliar, dengan total jual asing di pasar reguler sebesar Rp12,57 miliar. Terkhusus untuk periode awal perdagangan hari ini, transaksi didominasi oleh investor domestik dengan broker Mandiri Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas.
Adapun, secara year-to-date, saham TKIM sebenarnya masih melorot 28,04 persen atau 2.825 poin dari posisinya awal tahun yakni Rp10.075.
Emiten anggota konstituen Bisnis-27 tersebut adalah bagian dari divisi bubur kertas dan kertas Grup Sinarmas di bawah satu merk dagang Asia Pulp and Paper (APP).
Grup ini memiliki produk bubur kertas, kertas, dan kertas kemasan dengan kapasitas 27 juta ton per tahun yang menjadikannya perusahaan bubur kertas dan kertas terbesar yang terdiversifikasi di dunia.
Baca Juga
Pada dasarnya, TKIM memproduksi berbagai produk kertas, umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yakni; kertas budaya (kantor dan kertas cetak), kertas industri (kertas cokelat dan kemasan), dan lainnya.
TKIM juga memproduksi bubur kertas dan tissue melalui anak perusahaannya, PT OKI Pulp and Paper Mills (OKI). Sejak didirikan pada tahun 2017, OKI berkontribusi besar terhadap sebagian besar penghasilan TKIM.
Pada kuartal pertama tahun ini, TKIM mencatat pendapatan sebesar US$267,3 juta atau Rp3,85 triliun (asumsi kurs US$1=Rp14.419), menurun sebesar 12,9 persen secara tahunan dikarenakan pertumbuhan kertas budaya (kantor, kertas cetak) yang berada posisi negatif 22,2 persen menjadi US$213,3 juta. Adapun, kertas industri (kemasan dan kertas cokelat) tumbuh sebesar 64,3 persen menjadi US$54 juta.
Namun, laba kotor perseroan naik tipis 6,9 persen menjadi US$34,9 juta, lantaran bauran produk yang lebih baik. Perusahaan juga telah lebih fokus pada industri kertas kemasan yang menawarkan margin lebih tinggi.
Di sisi lain, TKIM mendapat dorongan dari OKI dengan kontribusi laba bersih sebesar US$79,3 juta, naik 42,7 persen dikarenakan peningkatan volume dan harga bubur kertas yang lebih tinggi.
Mirae Asset Sekuritas memberikan catatan bahwa bisnis utama TKIM telah bergeser dari kertas budaya ke kertas kemasan. Karena permintaan produk kertas yang cenderung melambat karena kemajuan teknologi, lebih sedikit kertas yang digunakan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo dan Kevin Suryajaya mengatakan pihaknya melihat tren yang meyakinkan bahwa kontribusi produk packaging akan terus meningkat setiap tahun.
Pada tahun lalu, kontribusi kertas kemasan terhadap penjualan naik menjadi 13,5 persen dari 10,1 persen pada tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya tren e-commerce, permintaan akan produk kemasan telah tercapai penjualan tertinggi.
“Kami berharap dapat melihat kontribusi yang lebih tinggi dari produk kertas kemasan. Selain itu, meskipun ASP (average selling price) lebih rendah, marginnya lebih tinggi dari produk kertas, yang merupakan hal yang baik dalam periode jangka panjang,” tulis Handiman dan Kevin dalam publikasi risetnya, Kamis (9/7/2020).
Selama dua tahun terakhir, OKI juga telah menjadi tulang punggung pendapatan TKIM yang mendatangkan laba tambahan sebesar US$230,2 juta pada tahun 2018 dan US$220,6 juta pada tahun 2019.
Kapasitas produksi tahunan OKI adalah sebesar 2,8 ton untuk bubur kertas dan 0,5 juta ton untuk tisu. Mengingat harga bubur kertas global tetap solid, sekuritas percaya pertumbuhan penjualan OKI akan kuat di tahun-tahun mendatang.
Sedangkan untuk pos laba bersih, OKI didukung dengan teknologi canggih, dan diyakini akan dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang lebih efisien dengan margin lebih tinggi. OKI juga adalah salah satu perusahaan dengan biaya produksi terendah di dunia
Sekuritas belum memproyeksikan total pendapatan, laba bersih tahun 2020 beserta dengan target harga untuk saham TKIM. Namun, saat ini, TKIM diperdagangkan dengan price-to-earning ratio 5,5 kali.
Risiko dari penurunan harga saham TKIM yakni, harga bubur kertas lebih rendah, permintaan kertas budaya yang menurun, volatilitas valas hingga pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.