Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melanjutkan tren penguatan setelah kemarin menguat 50 poin ke level Rp14.440 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah kemarin tidak terlepas dari sentimen positif kenaikan cadangan devisa. Di sisi lain, indeks dolar yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia juga melemah.
Sekadar informasi, cadangan devisa Indonesia meningkat dalam tiga bulan terakhir. Pada Juni 2020, cadangan devisa mencapai US$ 131,7 miliar, naik US$ 1,2 miliar dibandingkan dengan posisi Mei 2020.
"Dalam perdagangan hari ini rupiah kemungkinan akan diperdagangkan menguat di rentang tipis di level 14.410-14.490," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7/2020).
Menurut Ibrahim, Dewan Perwakilan Rakyat saat ini juga tengah menggodok RUU Perjanjian Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Swiss. Regulasi ini akan menjadi payung hukum untuk repatriasi dana yang terparkir di perbankan Swiss.
“Kalau seandainya dana tersebut bisa dipindahkan maka perekonomian Indonesia akan semakin baik dan ini yang menjadi katalis positif buat pasar sehingga arus modal asing kembali masuk dalam pasar dalam negeri,” pungkasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, rupiah dan rupee diperkirakan akan mengalami kerentanan sepanjang Juli-Agustus 2020. Sepanjang pekan lalu, rupiah mencetak penurunan mingguan terbesar terhadap dolar sejak Maret pekan lalu karena investor melepas aset berisiko di tengah kekhawatiran seputar rencana monetisasi utang.
Dilansir dari Bloomberg, likuiditas kedua mata uang secara historis pada periode itu akan lebih terbatas karena para trader dalam masa liburan.
Khoon Goh, Kepala Riset Asia di Australia dan Selandia Baru Banking Group Ltd. mengatakan volume perdagangan valas cenderung menurun selama periode liburan musim panas. Namun, hal itu tidak berarti bahwa volatilitasnya akan berkurang.
“Ada lebih banyak ruang lingkup bagi mata uang untuk melakukan lebih banyak penyesuaian terhadap guncangan ekonomi, dengan bank sentral yang tidak menaikkan suku bunga untuk sementara waktu,” katanya dikutip dari Bloomberg (7/6/2020).