Bisnis.com, JAKARTA – Pengumuman pembukaan kembali bioskop pada Rabu (29/7/2020) mendatang oleh Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) tampak belum meningkatkan animo investor untuk bertransaksi pada saham bioskop dan film.
Sebelumnya, Ketua GPBSI Djonny Syafruddin mengumumkan jaringan bioskop di seluruh Indonesia yang tergabung dalam GPBSI seperti Cinema XXI, CGV, Cinepolis, Dakota Cinema, Platinum dan New Star Cineplex akan beroperasi kembali beroperasi secara serentak mulai 29 Juli 2020.
"Para pelaku industri bioskop telah berdiskusi dan bersepakat untuk kembali melakukan kegiatan operasional terhitung mulai Rabu 29 Juli 2020, serentak di seluruh Indonesia," kata Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin melalui siaran pers, Rabu (8/7/2020).
Berdasarkan data indeks, hingga saat ini hanya ada dua emiten bioskop dan film yang tercatat sebagai perusahaan terbuka yakni PT Graha Layar Prima Tbk. (BLTZ), pengelola jaringan bioskop CGV Cinemas dan PT MD Pictures Tbk. (FILM), produsen film sekuel Habibie & Ainun hingga Danur.
Hingga pukul 10.18 WIB, Rabu (8/7/2020), pergerakan saham BLTZ terpantau stagnan pada posisi Rp3.070 tanpa catatan transaksi pada awal perdagangan hari ini.
Terakhir kali, pada Senin (6/7/2020), saham BLTZ turun signifikan 6,97 persen atau 230 poin ke level Rp3.070, setelah stagnan berada pada level Rp3.300 sejak Rabu (17/6/2020).
Baca Juga
Meski lebih likuid dari saham BLTZ, pergerakan saham FILM nyatanya juga belum bergairah pada awal perdagangan hari ini.
Bahkan saham emiten tersebut terkoreksi tipis 0,58 persen atau 170 poin ke level Rp170 dengan total transaksi hanya sebesar Rp23,17 juta pada awal perdagangan hari ini.
Adapun, investor domestik mendominasi transaksi saham FILM yang mayoritas dilakukan oleh broker BNI Sekuritas.
Sebelumnya, Direktur Graha Layar Prima Ferdiana Yulia Sunardi menjelaskan bahwa situasi dan kondisi penyebaran Covid-19 memang kurang menguntungkan terutama bagi CGV Cinemas sebagai pengelola bioskop.
“Jadi memang, sayangnya sejak Maret, gerai perbioskopan yang kami kelola memang terpaksa tutup, demi keamanan dan keselamatan penonton, mengikuti instruksi pemerintah daerah dan pusat untuk menutup kegiatan operasi sinema,” ungkap Ferdiana dalam paparan publik perseroan, Kamis (2/7/2020).
Dia mengakui, dengan tidak beroperasinya semua gerai bioskop pada bulan Maret sampai saat ini, otomatis perseroan tidak memperoleh pendapatan.
Jika diizinkan beroperasi dalam waktu dekat, perseroan menilai butuh waktu untuk membangkitkan kepercayaan penonton bioskop dan memperoleh konten baru dari perusahaan film.