Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IMF Soal Kontraksi Ekonomi Asia dan Kebijakan The Fed, Ini Prediksi Pasar Obligasi

Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terkait kontraksi sebesar 1,6 persen untuk ekonomi Asia akan membuat pasar obligasi tertekan secara harga.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif pada sesi perdagangan Kamis (2/7/2020).

Associate Direktur of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pasar obligasi masih stagnan. Menurutnya, kemungkinan pelaku pasar masih terkejut dengan adanya potensi penerbitan utang kembali serta current acount deficit yang berpotensi semakin lebar.

Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa sudah saatnya bagi investor untuk mengubah transaksi menjadi jangka panjang apabila situasi dan kondisi tidak berubah. Pembelian obligasi di pasar primer masih diperbolehkan apabila kupon dan tingkat jatuh tempo sesuai kriteria.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka bervariatif dengan potensi pergerakan 30 – 55 basis points. Kami merekomendasikan wait and see hari ini,” ujarnya melalui riset harian yang dikutip, Kamis (2/7/2020).

Nico mengatakan selama pasar obligasi masih belum melewati batas support, dipastikan belum ada arah seanjutnya. Kabar Dana Moneter Internasional (IMF) terkait kontraksi sebesar 1,6 persen untuk ekonomi Asia akan membuat pasar obligasi tertekan secara harga.

Dia menyebut sentimen yang cukup menarik yakni keinginan The Federal Reserve untuk mengimplementasikan yield control curve dalam waku dekat. Langkah itu membuat pergerakan yield curve menjadi lebih teratur seperti Jepang.

Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun Indonesia parkir di level 7,23 persen pada Rabu (1/7/2020). Posisi itu naik dari 7,21 persen pada akhir sesi Selasa (30/6/2020).

Sementara itu, yield SUN tenor 5 tahun Indonesia juga mengalami kenaikan dari 6,54 persen menjadi 6,55 persen. Selanjutnya, yield SUN tenor 15 tahun Indonesia tetap dikisaran 7,63 persen.

Adapun, yield SUN tenor 20 tahun Indonesia juga bertahan di kisaran 7,68 persen pada akhir sesi Rabu (1/7/2020).

Sebagai catatan, pergerakan harga obligasi dan yield obligasi di pasar sekunder saling bertolak belakang. Kenaikan harga obligasi akan membuat posisi yield mengalami penurunan sementara penurunan akan menekan tingkat imbal hasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper