Bisnis.com, JAKARTA – PT Sampoerna Agro Lestari Tbk. (SGRO) bakal menggenjot produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di paruh kedua sehingga bisa mengerek 10 persen dari pencapaian tahun lalu.
Head Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan di paruh kedua perseroan berharap realisasi target produksi bisa mencapai 60 persen, lebih tinggi dari posisi paruh pertama sebesar 40 persen.
Hingga akhir tahun, emiten bersandi saham SGRO berharap bisa mencapai produksi 388.929 ton, naik 10 persen dibandingkan realisasi tahun lalu 385.079 ton. Produksi diharapkan bisa naik karena tidak menghadapi kendala cuaca seperti tahun lalu..
“Produksi akan bergeser ke semester II dengan kemungkinan 60 persen dari total produksi. Semester I cukup berat karena siklus panen yang rendah diikuti dengan covid-19,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (2/7/2020).
Menurutnya dengan peningkatan volume produksi terdapat kemungkinan peningkatan permintaan. Michael mengatakan China sudah memperlunak pembatasan begitu juga dengan India. Dengan begitu, produsen dapat melakukan aktivitas ekspor CPO.
Selain itu, Hari Raya Diwali di India juga akan meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit dari Indonesia. “Kami optimistis harga akan terus bertahan di level sekarang [MYR2.300 per ton] tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu rendah,” katanya.
Baca Juga
Produsen CPO, lanjut Michael, telah melewati masa paling berat dari 2020 yakni penurunan harga hingga MYR1.946 per ton akibat virus korona. Menurutnya sejauh ini belum ada katalis negatif yang bisa mendorong harga CPO turun.
“Kami bahkan lebih optimistis lagi dengan program B30 karena serapan menjadi terjaga. Selain itu, pemerintah juga kemungkinan akan melanjutkannya dengan B40 pada tahun depan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah memangkas asumsi biaya konversi minyak sawit mentah menjadi biodiesel sebesar 20 persen menjadi US$80 per metrik ton.
Kementerian menurunkan indeks harga pasar biodiesel pada Juni menjadi Rp6.941 per liter dari posisi Mei Rp8.335 per liter. Indeks yang lebih rendah akan mengurangi kesenjangan harga untuk program B30.