Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Laju IHSG di Sesi Terakhir Semester I/2020

IHSG menguat 0,07 persen ke level 4.905,39 pada perdagangan hari ini, Selasa (30/6/2020).
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri pergerakan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/6/2020).

IHSG parkir di level 4.905,39 setelah menguat tipis 0,07 persen dibandingkan perdagangan kemarin, yang mana indeks harus puas berakhir di zona merah dengan koreksi 0,05 persen ke level 4.901,81.

Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 180 saham berhasil menghijau, 229 memerah, dan 156 tak beranjak dari posisinya.

Sementara secara sektoral kinerjanya menunjukkan posisi beragam. Adapun sektor agrikultur dan aneka industri menjadi penopang indeks dengan penguatan masing-masing 1,23 persen dan 1,13 persen.

Sebaliknya, sektor infrastruktur menjadi pemberat laju indeks dan mencatatkan koreksi paling dalam yakni 2,54 persen. Selain itu, laju indeks juga tertahan oleh aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp489,09 miliar di seluruh pasar.

 Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) lagi-lagi menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net foreign sell mencapai Rp217,3 miliar, diikuti oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang dengan aksi jual bersih senilai Rp32,5 miliar.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan market mendapatkan apresiasi positif dari kenaikan kinerja Purchasing Managers’ Index manufaktur maupun non-manufaktur dari China. 

“Di sisi lain, pada akhir bulan juga terjadi fenomena aksi window dressing,” ujarnya, Selasa (30/6/2020) 

Namun, tambah Nafan, terdapat sentimen yang juga menahan pergerakan indeks salah satunya data makroekonomi global berupa kontraksi produk domestik bruto (PDB) Inggris yang mengalami penurunan 2,2 persen.

Menurutnya, ini menyebabkan adanya gejala kekhawatiran bahwa potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, serta adanya ancaman resesi terbuka lebar.

“Jadi menyebabkan terjadinya mulai adanya aksi profit taking sehingga membuat kinerja IHSG pada hari ini tidak mengalami penguatan signifikan,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper