Bisnis.com, JAKARTA —Sejumlah sentimen diharapkan dapat menjadi katalis pertumbuhan industri reksa dana pada semester II/2020.
Direktur Utama BNI Asset Management Reita Farianti mengatakan industri reksadana secara umum bertumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, semakin cepat pemulihan ekonomi, geliat iklim investasi juga mengalami peningkatan, baik dari sisi nilai investasi maupun jumlah unit penyertaannya.
“Bahkan dari sisi nilai investasi, karena sifat perilaku investor khususnya di pasar saham adalah forward looking, maka nilai investasi dapat pulih lebih dahulu dibandingkan sektor riil dari perekonomian,” ujar Reita kepada Bisnis, Senin (29/6/2020)
Menurutnya, ada sejumlah katalis yang akan mempengaruhi pergerakan pertumbuhan industri reksa dana pada semester kedua tahun 2020. Dia menyebut salah satunya faktor pemulihan ekonomi dari kembali dibukanya aktivitas ekonomi.
Reita memaparkan estimasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang diproyeksi negatif pada kuartal II/2020 ini akan berbalik menjadi kembali positif di kuartal ketiga dan keempat tahun ini, walaupun tingkat pemulihannya masih dinilai bertahap.
Dia memprediksi pertumbuhan laba dari emiten di pasar modal yang sebelumnya mengalami mengalami tekanan di dua kuartal akan akan kembali pulih pada kuartal ketiga.
Baca Juga
Selain itu, tambahnya, faktor kedua yang dapat menjadi penggerak pertumbuhan industri adalah faktor stimulus dari bank sentral di beberapa negara. Stimulus dalam bentuk pembelian surat berharga diestimasi akan mengalir ke pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Reita juga menyebut, stimulus moneter, fiskal dan bantuan-bantuan sosial yang dikeluarkan pemerintah juga diharapkan bisa membangkitkan kinerja sektor riil, seperti industri pariwisata dan perhotelan.
Sementara itu, dia juga memproyeksikan reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap memiliki peluang untuk terus naik seiring pemulihan ekonomi. Namun, keduanya tak akan lepas dari volatilitas pergerakan aset dan penurunan nilai investasi
Pasalnya, masih ada beberapa risiko antara lain potensi gelombang kedua, Pemilu AS, trade war dan risiko fiskal dan utang dari besarnya anggaran yang harus dialokasikan oleh Pemerintah untuk membantu pemulihan ekonomi.
Untuk produk BNI AM sendiri, Reita menyebut ada beberapa produk yang dapat menjadi unggulan antara lain BNI30, XBNI (ETF MSCI Indonesia) dan BNI AM Inspiring bagi yang memiliki jangka waktu investasi panjang atau lebih dari 3 tahun.
Sementara bagi Investor yang memiliki jangka waktu investasi yang menengah dan tingkat risiko medium to high, dapat berinvestasi pada reksadana campuran BNI AM UGM dan bagi investor dengan profil risiko rendah ke moderate, dapat berinvestasi pada Reksadana BNI AM Pendapatan Tetap Makara dan RD BNI AM Pendapatan Tetap ITB.