Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menyentuh rekor tertinggi ke level US$1.761 per troy ounce seiring dengan penambahan kasus infeksi virus corona (Covid-19) baru di beberapa negara. Kecemasan terhadap gelombang kedua penyebaran virus mendorong permintaan pada aset aman (safe haven), termasuk emas.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka Comex untuk kontrak Agustus 2020 dibuka menguat 0,48 persen menjadi US$1.761,40 per troy ounce pada pembukaan perdagangan Minggu (21/6/2020) pukul 18.37 Waktu New York atau Senin (22/6/2020) pukul 06.37 WIB.
Pada akhir pekan lalu, harga emas Comex ditutup di posisi US$1.753 per troy ounce. Level harga emas Comex saat ini merupakan yang tertinggi sejak tertinggi sejak 14 April 2020. Saat itu harga emas berjangka menembus US$1.768,9 per troy ounce.
Bukan tidak mungkin, harga emas akan mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir pada hari ini.
Sementara itu, harga emas di pasar spot juga naik 0,22 persen ke level US$1.747,79 per troy ounce. Pekan lalu harga emas spot ditutup di posisi US$1.743,87 per troy ounce.
Di akhir pekan lalu, Monex Investindo Futures menilai harga emas bergerak naik karena ketakutan pelaku pasar terhadap gelombang pandemi Covid-19. Pasalnya, China telah melaporkan 32 kasus infeksi Covid-19 hingga kemarin di Beijing. Lonjakan baru kasus Covid-19 juga terjadi di beberapa negara bagian Amerika Serikat.
Baca Juga
Pembatalan lebih dari 1.200 penerbangan oleh otoritas China menjadi pertanda adanya risiko jika perekonomian dibuka kembali. Tak pelak, ketidakpastian kembali mencuat sehingga memicu pembelian aset aman seperti emas.
"Emas sendiri biasanya diburu oleh para pelaku pasar ketika terjadi ketidakpastian politik dan keuangan," tulis Monex dalam laporan yang dikutip Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Jumlah kasus infeksi virus Corona (Covid-19) di seluruh dunia hingga kemarin melampaui 9 juta jiwa. Dikutip dari www.worldometers.info, jumlah kasus Covid-19 secara global tercatat mencapai 9.033.193 jiwa hingga Minggu (21/6) 22.58 GMT atau Senin pagi 05.58 WIB.
Dilansir dari Bloomberg, kasus infeksi virus di AS naik paling banyak dalam tiga minggu karena mencapai 30.000 pasien dalam dua hari berturut-turut, menambah kekhawatiran tentang kebangkitan gelombang kedua virus.
Kasus Texas naik 4,3 persen menjadi 107.735, melampaui rata-rata tujuh hari. Rawat inap naik untuk hari kesembilan berturut-turut menjadi 3.247, naik 3,1 persen dari hari sebelumnya. Pada hari Sabtu, negara telah melaporkan 2.165 kematian, kenaikan 1,2 persen dari hari sebelumnya.