Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kuat Sentimen, Rupiah Tertahan di Level Rp14.000

Sepanjang pekan ini, rupiah cenderung bergerak datar. Dalam sebulan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 4,14 persen. Namun, dalam periode tahun berjalan, mata uang garuda masih terkoreksi 1,68 persen.
Karyawati menghitung uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah cenderung bergerak datar sepanjang pekan ini. Aliran modal asing yang masuk cukup untuk membendung laju penurunan di tengah kekhawatiran gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah Rp14.100 per dolar AS pada perdagangan Jumat (19/6/2020). Dibandingkan dengan posisi awal pekan pada Senin (15/6/2020), rupiah menguat 5 poin atau 0,10 persen.

Pada perdagangan akhir pekan, kinerja rupiah memang tidak terlalu buruk kendati juga tidak cemerlang. bersama rupee India, dolar Singapura, dolar Hong Kong, dan won Korea, rupiah mencetak koreksi tipis. Dalam sebulan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 4,14 persen. Namun, dalam periode tahun berjalan, mata uang garuda masih terkoreksi 1,68 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memandang level nilai tukar rupiah secara fundamental masih undervaluedsehingga berpotensi terus menguat dan dapat mendukung pemulihan ekonomi domestik.

"Berlanjutnya penguatan rupiah ditopang oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia," ujarnya dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis (18/6/2020).

Menurut Perry, potensi penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh beberapa faktor fundamental, seperti inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas. Bank Indonesia juga telah memutuskan untuk memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pemangkasan suku bunga acuan telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Dia berharap dengan begitu, nilai tukar garuda dapat menguat karena telah mendapatkan sentimen positif.

“Penguatan sampai dengan Rp13.000 masih terbuka lebar tapi sepertinya tidak akan reli karena ada beberapa sentimen negatif dari eksternal,” katanya kepada Bisnis,  Kamis (18/6/2020).

Ariston menegaskan saat ini laju rupiah meniti di atas lereng karena masih sangat rentan dengan faktor eksternal. Pasalnya pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus Covid-19 gelombang kedua yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi.

Selain itu, ketegangan geopolitik regional di Asia antara Korea Utara dan Korea Selatan serta Tiongkok dan India juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS.

“Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper