Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,25 persen oleh Bank Indonesia menuai respon beragam dari kalangan analis.
Pada penutupan perdagangan Kamis (18/6/2020) nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp14.077 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,055 poin atau 0,06 persen ke level 97,103 pada pukul 14.59 WIB.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pemangkasan suku bunga acuan telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Dia berharap dengan begitu, nilai tukar garuda dapat menguat karena telah mendapatkan sentimen positif.
“Penguatan sampai dengan Rp13.000 masih terbuka lebar tapi sepertinya tidak akan reli karena ada beberapa sentimen negatif dari eksternal,” katanya kepada Bisnis pada Kamis (18/6/2020).
Ariston menegaskan saat ini laju rupiah meniti di atas lereng karena masih sangat rentan dengan faktor eksternal. Pasalnya pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus Covid-19 gelombang kedua yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi.
Baca Juga
Selain itu, ketegangan geopolitik regional di Asia antara Korea Utara dan Korea Selatan serta Tiongkok dan India juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Meski demikian, untuk saat ini Ariston melihat pembukaan ekonomi kembali di tengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk kenormalan baru di Indonesia.
“Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis. Namun kalau new normal berhasil dalam artian ekonomi aktif dan pandemi terkontrol, rupiah mungkin bisa menguat ke Rp13.500 dalam jangka pendek,” katanya.
Di sisi lain, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi menilai pemangkasan suku bunga akan memberikan sentimen negatif bagi nilai tukar nasional. Menurutnya penurunan suku bunga yang tidak selaras dengan penurunan suku bunga kredit kurang menarik bagi dunia usaha maupun rumah tangga.
Ibrahim menilai hal itu tidak akan memberikan dorongan bagi pasar untuk mengambil pinjaman, sehingga mengakibatkan roda perekonomian kembali stagnan.
“Suku bunga kredit tidak diturunkan mengakibatkan arus modal asing yang tadinya membanjiri pasar dalam negeri berangsur-angsur kembali keluar, sehingga upaya penurunan suku bunga Bank Indonesia sore ini direspon negatif oleh pasar,” katanya.
Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang garuda ditutup menguat tipis sebesar 5 poin di level Rp14.077. Ibrahim memprediksikan dalam perdagangan besok rupiah kemungkinan akan terjadi fluktuatif namun ditutup menguat tipis di kisaran Rp14.040 sampai Rp14.110.
Adapun tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan berada di kisaran 0,9 persen sampai 1,9 persen turun dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,3 persen. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melonjak ke kisaran 5 persen - 6 persen.
Hal itu tidak menutup kemungkinan bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Ini karena tekanan inflasi domestik yang rendah, tekanan eksternal yang mereda, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.