Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor terhadap obligasi global (global bond) terbitan Indonesia diprediksi akan tetap tinggi seiring dengan kondisi fundamental ekonomi yang terjaga dan spread tingkat imbal hasil yang terjaga.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan ke depannya prospek penerbitan global bond oleh Indonesia masih akan diminati oleh investor. Salah satu faktor pendorongnya adalah spread imbal hasil (yield) Indonesia dengan obligasi AS, US Treasuries, yang masih cukup besar.
“Saat ini, spreadnya masih 700 basis poin, sangat besar. Jadi, penerbitan ini (global bond) masih akan dicari oleh investor asing,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Selain itu, perilaku otoritas fiskal Indonesia yang cenderung prudent dan berhati-hati dalam menelurkan kebijakan juga kian menambah keyakinan investor terhadap penerbitan obligasi Indonesia.
Hal tersebut, lanjutnya, tercermin dari kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang cenderung lebih baik dibanding negara lain kendati dihantam pandemi virus corona. Cadangan devisa yang melimpah, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya menjadi indikator kondisi positif Indonesia di mata investor.
Ia melanjutkan, ke depannya stabilitas rupiah dan credit default swap (CDS) juga akan menjadi penentu dalam menarik investor asing membeli global bond Indonesia. Selain itu, stimulus fiskal negara maju,khususnya AS, Jepan, dan Uni Eropa, juga berpotensi menambah selera investor terhadap global bond Indonesia.
Baca Juga
“Negara-negara tersebut melakukan pembelian surat utang korporasi. Hal ini akan semakin mendorong risk appetite investor global menjadi lebih baik dan bergerak ke negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelasnya.
Pemerintah Indonesia kembali menerbitkan sukuk global di pasar internasional sebesar US$2,5 miliar. Berdasarkan informasi dari laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Kamis (18/6/2020), sukuk yang diterbitkan dengan denominasi dolar AS tersebut ditawarkan dalam tiga seri.
Seri pertama memiliki tenor 5 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) 2,3 persen dan diterbitkan sebesar US$750 juta. Seri kedua, dengan yield 2,8 persen memiliki waktu jatuh tempo sebesar 10 tahun dan diterbitkan sebanyak US$1 miliar. Sedangkan surat utang sebesar US$750 juta memiliki tenor 30 tahun dengan yield 3,8 persen.
“Setiap seri telah diberikan peringkat Baa2 oleh Moody’s Investor Service, BBB oleh S&P Global Ratings Services dan BBB oleh Fitch Ratings,” demikian kutipan informasi tersebut.
Penerbitan Sukuk Global kali ini, pemerintah mencatatkan hasil penawaran sebanyak US$16,66 miliar atau 6,7 kali oversubscribed dari target awal. Dengan besarnya orderbook, Pemerintah dinilai dapat menekan harga sampai 70 basis poin dari harga penawaran awal (initial price guidance) dan di bawah indikatif fair value.