Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa AS Jatuh, Optimisme Stimulus Memudar

Dikutip dari Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (17/6/2020) atau Kamis pagi WIB, Dow Jones terkoreksi 0,65 persen menuju 26.119,61, S&P 500 Index turun 0,36 persen menjadi 3.113,49, dan Nasdaq Composite Index naik 0,15 persen ke level 9,910,53.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat mengalami koreksi setelah melaju 4 hari berturut-turut di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kasus corona yang lebih besar mengalahkan sentimen stimulus ekonomi.

Dikutip dari Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (17/6/2020) atau Kamis pagi WIB, Dow Jones terkoreksi 0,65 persen menuju 26.119,61, S&P 500 Index turun 0,36 persen menjadi 3.113,49, dan Nasdaq Composite Index naik 0,15 persen ke level 9,910,53.

Indeks S&P 500 berayun naik turun sebelum menjadi merah, karena tekanan utama dari sektor energi, properti, dan keuangan. Adapun, saham Apple dan Microsoft membantu Nasdaq kembali ke jalur hijau.

Pasar saham dibayangi oleh meningkatnya infeksi virus Covid-19. Bahkan, China, Brasil, hingga Iran memperingatkan kemungkinan perlunya lockdown lanjutan.

Texas melaporkan lonjakan 11 persen dalam rawat inap virus, peningkatan 24 jam terbesar sejak 4 Juni. Brasil mencatat rekor 34.918 infeksi baru, sementara China meningkatkan langkah-langkah penahanan di Beijing termasuk membatalkan penerbangan.

"Pasar sedang mencari katalis baru. Narasi seputar stimulus dan kebijakan ekonomi tampak kurang kuat," ujar senior global market strategist Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana.

Investment strategy officer Glenmede Trust Michael Reynolds menyampaikan volatilitas pasar mungkin akan bertahan sampai dengan akhir tahun. Pasalnya, saat ini dunia sedang berhadapan dengan sesuatu yang tidak pasti.

"Kita berurusan dengan sesuatu yang tidak terprediksi. Belum ada yang dapat memprediksi jalur virus ini ke depan seperti apa," imbuhnya.

Optimisme investor terhadap aset berisiko telah tercermin dalam taruhan bahwa wabah virus baru tidak akan membuat pemerintah mundur dari pembukaan kembali bisnis secara bertahap.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendesak Kongres untuk tidak mundur terlalu cepat pada bantuan federal untuk rumah tangga dan usaha kecil yang diberlakukan karena pandemi.

"Pasar global bisa tetap membentang antara situasi kesehatan yang kemungkinan akan tetap menjadi ancaman di beberapa daerah untuk beberapa waktu di satu sisi, dan aliran angka makro positif yang menegaskan bahwa kami telah melewati titik rendah di sisi lain," kata ahli strategi makro global di Credit Agricole Xavier Chapard.

Di tempat lain, berjangka minyak mentah menurun, setelah dua sesi naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper