Bisnis.com, JAKARTA – Emiten anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menapaki peluang perbaikan kinerja pada paruh kedua tahun ini dengan memaksimalkan pemberlakuan skenario kenormalan baru.
Dari sektor konstruksi, dua emiten anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., yakni PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. dan yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk. bersiap menyambut tuah kenormalan baru.
Sekretaris Wika Gedung Bobby Iman Setya menyatakan bahwa kenormalan baru dapat memberi angin segar di tengah perlambatan pengerjaan proyek dan proses tender kontrak baru akibat pandemi.
“Proyek existing dalam masih menunggu keputusan dari owner terkait. Namun, kami siap melanjutkan pekerjaan proyek jika owner juga kembali meminta proyek segera diselesaikan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/6/2020).
Dia menjelaskan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi salah satu penghambat penyelesaian proyek. Hal ini juga menjadi hambatan besar dalam proses mendapatkan kontrak baru.
Selain berharap pada kenormalan baru, perseroan berupaya menjaga keseimbangan antara pencairan termin proyek dan progres konstruksi. Hal ini diharapkan dapat menjaga kelancaran arus kas perseroan.
Baca Juga
Dia juga menyatakan bahwa perseroan akan berupaya memaksimalkan potensi pasar dari pihak swasta. Menurutnya, meski secara nilai lebih kecil dibandingkan kontrak dari pemerintah, pasar swasta menjanjikan peluang lebih besar.
Sepanjang Januari—Mei 2019, perseroan telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp874,7 miliar. Adapun, target kontrak baru perseroan untuk tahun ini mencapai Rp14,94 triliun.
Namun target tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan karena pandemi dampak Covid-19. Bobby menyampaikan pihaknya tengah menyusun rencana perubahan tersebut.
“Tahun ini akan ada revisi target dan masih dalam pembahasan,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Wika Beton Yuherni Sisdwi menyatakan bahwa pihaknya mulai bersiap menerapkan aturan turunan untuk menerapkan skenario kenormalan baru.
“New normal ini kita baru mulai minggu depan, kami masih persiapkan dulu protokolnya secara lebih detail. Kami perkirakan akan mulai efektif sepenuhnya di Agustus awal,” jelasnya.
Dia menjelaskan selama ini memang pola pertumbuhan penjualan biasanya akan tumbuh lebih tinggi pada semester II/2020. Skenario kenormalan baru diharapkan dapat membuat tren itu kembali terulang pada tahun ini.
“Pola penjualan di kami, biasanya 40 persen pada semester I dan 60 persen pada semester II. Jadi kalau semester I misalnya penjualan Rp1,6 triliun, semester II biasanya ada pertumbuhan 10 persen—20 persen,” katanya.
Sementara itu, anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT PP Presisi Tbk. mengharapkan pemberlakukan kenormalan baru membuat proyek maupun proses tender yang sempat tertunda dapat dimulai kembali.
“Kami mengharapkan dengan new normal, proses pembangunan infrastruktur dapat berjalan seperti semula, sebelum adanya pandemi tapi tentunya dengan penerapan protokol secara ketat,” kata Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso kepada Bisnis, Rabu (17/6/2020).
Untuk memaksimalkan skenario kenormalan baru, perseroan akan mengandalkan sistem teknologi informasi dan internet of things (IOT) untuk meningkatkan produktivitas dan memberi nilai tambah kepada para pelanggan.
Dia mengatakan perseroan juga berkoordinasi dengan perusahaan induk untuk menerapkan kenormalan baru. Salah satunya dengan membentuk tim satgas khusus di lingkungan grup PT PP.
“Kami juga berkolaborasi dan berkoordinasi agar proyek-proyek, terutama dari PT PP, yang sempat tertunda pekerjaannya selama pandemi, dapat segera dimulai kembali,” ujarnya.
Koordinasi Juga dilakukan melalui langkah efisiensi sumber daya, termasuk sumber daya manusia, pada proyek yang diperoleh dari induk. Hal yang sama juga dilakukan efisiensi di anak usaha PP Presisi.
Pekerja beraktifitas di dekat logo PT PP Properti Tbk. di Depok, Jawa Barat, Sabtu (9/5/2020). Bisnis - Dedi Gunawan
Di sisi lain, PT PP Properti Tbk. akan mengandalkan strategi gimik untuk memaksimalkan penjualan di tengah pandemi Covid-19. Strategi ini dinilai lebih baik dibandingkan potongan harga yang akan merusak harga pasar dan reputasi perusahaan.
Gimik tersebut dilakukan melalui pemberian subsidi bunga dan bonus lain, seperti pendingin ruangan, pemanas air, ataupun perabotan kepada pembeli. Strategi ini secara khusus menyasar segmen menengah dan bawah.
Sementara itu, anak BUMN di sektor pelabuhan, PT Jasa Armada Indonesia Tbk. menyatakan pihaknya telah menyiapkan protokol kenormalan baru dan memetakan risiko dari Covid-19.
Risiko tersebut di antaranya meliputi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, operasional yang terganggu, tidak tercapainya rencana pengembangan bisnis dan target pendapatan, risiko regulasi, hingga kesiapan SDM.
Direktur Utama Jasa Armada Indonesia Chiefy Adi hasil dari pemetaan tersebut kemudian dituangkan ke dalam strategi pencegahan dan pengendalian risiko. Dengan strategi ini, perseroan yakin tetap dapat menjaga pertumbuhan laba usaha dan laba bersih.
“Contohnya, kalau arus kapal turun dan berdampak pada penurunan produksi dan pendapatan, maka kami akan super hemat di biaya dengan tetap fokus pada biaya yang terkait langsung dengan pelayanan dan perawatan armada,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (17/6/2020).
Kapal pemandu milik PT Jasa Armada Indonesia menarik kapal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (11/10). - JIBI/Endang Muchtar
Dia mengatakan perseroan optimistis masih dapat mencapai pertumbuhan pendapatan maupun laba sekitar 10 persen pada tahun ini. Meski begitu, dia mengatakan bahwa proyeksi ini lebih rendah dari rencana semula yang di kisaran 20 persen.
“Kami berpatokan pada kinerja tahun lalu saja, tumbuh sekitar 10 persen, baik top line maupun bottom line. Tapi kalau tanpa Covid-19 kurang lebih bisa 20 persen,” ucapnya.