Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan BUMN kini tengah menjadi magnet perhatian. Bahkan di lantai bursa, emiten BUMN juga banjir peminat.
Seperti yang diketahui, indeks BUMN20 tercatat ditutup pada zona hijau dengan kenaikan sebesar 6,6 persen atau 17,72 poin ke level 286,439 pada Selasa (17/6/2020). Dari 20 anggota indeks IDX BUMN20, semua emiten tercatat mengalami penguatan.
Staff khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan hal ini sangat wajar dikarenakan ekonomi Indonesia hampir 50 persen diputar oleh perusahaan di bawah naungan badan tersebut.
Bahkan melihat kapitalisasi pasarnya, perusahaan BUMN hampir mengimbangi perusahaan swasta.
Namun, ia menilai perusahaan BUMN masih memiliki celah yakni tidak memiliki model agency, sehingga perseroan pelat merah memiliki banyak sekali anak perusahaan.
"Jadi awalnya 140 (perusahaan), berkembang punya anak usaha, cucu, cicit, sampai 800 lebih. Makanya wajar ketika semua beralih ke pandang ke BUMN, apalagi saat ini corona, ekonomi slow. Mau nggak mau BUMN jadi magnet soalnya penggerak ekonomi Indonesia," jelasnya saat dalam sebuah wawancara radio, Selasa (16/6/2020).
Baca Juga
Karena itu, Arya menilai kementerian sedang getol melakukan perampingan di tubuh perseroan dimulai dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
"Misalnya ada proyek baru, bikin perusahaan. Ada JV (joint venture), bikin perusahaan. Infrastruktur ada proyek kecil, bikin perusahaan. Proyek udah kelar, masih ada nih perusahaan," imbuhnya.
Karena itu, menurutnya, banyak perusahaan BUMN 'hantu' yang kini mulai tak jelas fisik dan operasional bisnisnya saat ini tetapi terus membayar pajak.